Sabtu, 27 Oktober 2012


PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS  KALA I


A.     Perubahan Fisik

1.      Sistem Kardiovaskular

a.    Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu diantara kontraksi, tekanan darah akan turun kembali ke tingkat sebelum persalinan dan akan naik lagi jika terjadi kontraksi. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Posisi terlentang selama persalinan akan mengakibatkan adanya penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta), yang akan menyebabkan sirkulsi darah ibu maupun janin terganggu. Ibu kan mengalami hipotensi dan janin dapat mengalami asfiksia. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.

b.    Denyut nadi

Kontraksi dapat menyebabkan metabolisme meningkat, mengakibatkan kerja jantung meningkat pula sehingga denyut jantung akan meningkat selama kontraksi. Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada berada pada posisi miring, bukan terlentang.
Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama priode selama menjelang persalinan. Hal ini mencermikan peningkatan metabolisme yang terjadi selama kehamilan.

Perubahan hematologi
Kadar hemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak kehilangan darah yang abnormal (selama persalinan). Waktu koagulasi darah berkurang (menjadi lebih cepat) karena terdapat peningkatan fibrinogen plasma selama persalinan. Perubahan ini meurunkan risiko perdarahan pascapartum pada wanita normal.
Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara progresif selama kala I persalinan, sebesar kurang lebih 1500 hingga rata-rata 15000 pada saat pembukaan lengkap. Ini tidak mengindikasikan adanya infeksi. Setelah itu menurun kembali ke keadaan semula.
Gula darah akan menurun selama persalinan dan akan menurun secara drastis pada persalinan yang mengalami penyulitan atau persalinan lama. Ini disebabkan karena adanya peningkatan kegiatan otot-otot uterus dan rangka.

2.      Sistem Pencernaan

Kemampuan pergerakan gastrik dan penyerapan makanan padat sangat berkurang, dikombinasikan dengan pengurangan sekresi gastrik selama persalinan, akan membuat pencernaan hampir terhenti dan menghasilkan waktu pengosongan usus yang lambat.  Cairan-cairan ini tidak terpengaruh dan meninggalkan perut dalam waktu yang biasa. Makanan yang masuk ke dalam lambung selama segera sebelum persalinan atau selama fase pendahuluan atau fase laten dari persalinan kemungkinan besar akan tetap berada di dalam perut selama persalinan. Motilitas lambung dan penyerapan makanan padat secara substansial berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain itu,pengeluaran getah lambung berkurang menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi lamban.
Metabolisme. Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerob maupun anaerob akan meningkat secara terus-menerus. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh kecemasan dan kegiatan otot tubuh. Kenaikan metabolisme tercermin dengan kenaikan suhu tubuh, denyut jantung, penafasan, kardiak output, dan kehilangan cairan. Peningkatan kardiak output serta kehilangan cairan akan memengaruhi fungsi renal, sehingga diperlukan perhatian dan tindakan untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Rasa mual dan muntah biasa terjadi sampai berakhirnya kala I persalinan. Persalinan memengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan mulut menjadi kering akibat wanita bernapas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respon emosi terhadap persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita seringkali merasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna sebelum bersalin.

3.    Sistem Reproduksi

a.    Perubahan Serviks

Sebelum persalinan mulai pada fase aktif, serviks melunak sehingga mempermudah dilatasi serviks begitu kontraksi myometrium yang kuat dimulai pada persalinan. Tenaga yang efektif pada kala 1 persalinan adalah kontraksi uterus yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik keseluruh selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah pecah bagian terbawah janin dipaksa langsung mendesak serviks dan segmen bawah uterus. Sebagai akibat kegiatan daya dorong ini, terjadi 2 perubahan mendasar-pendataran dan dilatasi-pada serviks yang sudah melunak. Untuk lewatnya rata-rata kepala janin aterm melalui serviks, saluran serviks harus dilebarkan sampai berdiameter sekitar 10 cm., pada saat ini serviks dikatakan telah membuka lengkap. Mungkin tidak terdapat penurunan janin selama pendataran serviks, tetaapi paling sering bagian terbawah janin mulai turun sedikit ketika sampai pada kala 2 persalinan, penurunan bagian terbawah janin terjadi secara khas agak lambat tetapi mantap pada nulipara. Namun, pada multipara khususnya yang paritasnya tinggi, penurunan bisa berlangsung sangat cepat.

Pendataran serviks

Oblitrasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini disebut sebagai pendataran effesment  dan terjadi dari atas kebawah. Serabut-serabut otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas atau dipendekan, menuju segmen bawah uterus, sementara kondisi os eksternum untuk sementara tetap tidak berubah.

Pembukaan serviks

Pembukaan serviks disebabkan karena pembesaran Ostium Uretra Eksternum (OUE) karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dilewati kepala. Pada pembukaan 10 cm atau pembukaan lengkap bibir porsio tidak teraba lagi. Vagina dan SBR serviks telah menjadi 1 saluran.

b. Perubahan pada uterus

Diferensiasi aktivitas uterus
       Selama persalinan uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda. Segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan berlansung. Bagian bawah, relatif pasif dibandingkan dengan segmen atas, dan bagian ini berkembang menjadi jalan lahir yag berdinding jauh lebih tipis. Segmen bawah uterus analog dengan istmus uteri yang melebar dan menipis pada perempuan yang tidak hamil. Segmen bawah secara bertahap terbentuk ketika kehamilan bertambah tua dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan. Dengan palpasi abdomen kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi, sekalipun selaput ketuban belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras, sedangkan konsistensi segmen bawah uterus jauh kurang kencang.
       Seandainya seluruh dinding uterus, termasuk segmen bawah uterus dan serviks, berkontraksi secara bersamaan dan dengan intensitas yang sama, maka gaya dorong persalinan akan jelas menurun. Disinilah letak pentingnya pembagian uterus menjadi segmen atas yang aktif berkontraksi dan segmen bawah yang lebih pasif yang berbeda bukan hanya secara anatomi melainkan juga secara fisiologi. Segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi, dan mendorong janin keluar, sebagai respon terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas. Sedangkan segmen bawah uterus dan serviks akan semakin lunak berdilatasi, dan dengan cara demikian membentuk suatu saluran muskular dan fibromuskular yang menipis sehingga janin dapat menonjol keluar.
       Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang aslinya setelah kontraksi, tetapi menjadi relatif menetap pada panjang yang lebih pendek. Namun, tegangannya tetap sama seperti sebelum kontraksi. Bagian atas uterus, atau segmen aktif, berkontraksi ke bawah meski pada saat isinya berkurang, sehingga tegangan miometrium tetap konstan. Efek akhirnya adalah mengencangkan yang kendur, dengan mempertahankan kondisi menguntungkan yang diperoleh dari ekspulsi janin dan mempertahankan otot uterus tetap menempel erat pada isi uterus. Sebagai konsekuensi retraksi, setiap kontraksi yang berikutnya mulai ditempat yang ditinggalkan oleh kontraksi sebelumnya, sehingga bagian atas rongga uterus menjadi sedikit lebih kecil pada setiap kontraksi berikutnya. Karena pemendekan serat otot yang terus menerus pada setiap kontraksi, segmen atas uterus yang aktif menjadi semakin menebal disepanjang kala pertama dan kedua persalinan dan menjadi tebal sekali tepat setelah kelahiran janin.

Perubahan bentuk uterus
       Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoid disertai pengurangan diameter horizontal. Dengan perubahan bentuk ini, ada efek-efek penting pada proses persalinan. Pertama, pengurangan diameter horizontal menimbulkan pelurusan kolumna vertebralis janin, dengan menekankan kutub atasnya rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub bawah didorong lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan janin berbentuk ovoid yang ditimbulkan diperkirakan telah mencapai antara 5-10 cm, tekanan yang diberikan dengan cara ini dikenal sebagai tekanan sumbu janin. Kedua, dengan memanjangnya uterus, serabut longitudinal ditarik tegang dan karena segmen bawah dan serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini di tarik ke atas pada kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang penting untuk dilatasi serviks pada otot-otot segmen bawah dan serviks.
Aktivitas miometrium  dimulai saat kehamilan. Pada seluruh trimester kehamilan dapat dicatat adanya kontraksi ringan dengan amplitudo 5 mmHg yang tidak teratur. His sesudah kehamilan 30 minggu terasa lebih kuat dan lebih sering. Sesudah 36 minggu aktivitas uterus lebih meningkat lagi sampai persalinan mulai. Jika persalinan mulai, yakni pada permulaan kala I, frekuensi dan amplitudo his meningkat.
Amplitudo his meningkat terus sampai 60 mmHg pada akhir kala I dan frekuensi his menjadi 2 sampai 4 kali tiap 10 menit. Juga durasi his meningkat dari hanya 20 detik pada permulaan partus sampai 60-90 detik pada akhir kala I atau ada permulaan kala II. His yang sempurna dan efekltif bila ada koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai amplitudo 40 sampai 60 mmHg yang berdurasi 60 – 90 detik dengan jangka wantu antara kontraksi 2 sampai 4 menit. Jika amplitudo dan his terlalu tinggi, maka dapat mengurangi pertukaran O2  . terjadilah hipoksia janin dan timbul gawat janin yang secara klinik dapat ditentukan dengan antara lain menghitung detak jantung janin ataupun dengan pemeriksaan kardiotokografi.
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kontraksi rahim adalah besar rahim, besar janin, berat badan ibu, dan lain-lain. Namun, dilaporkan tidak adanya perbedaan hasil pengukuran tekanan intrauteruskala II antara wanita obese dan tidak obese.
Pada kala II ibu menambah kekuatan uterus yang sudah optimum itu dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen akibat ibu melakukan kontraksi diagfragma dan otot-otot dinding abdomen yang akan lebih efisien jika badan ibu dalam keadaan fleksi dan glotis tertutup. Dagu ibu di dadanya, badan dalam fleksi dan kedua tangan menarik pahanya dekat pada lutut. Dengan demikian,  kapala/bokong janin didorong membuka diagfragma pelvis dan vulva, setelah anak lahir kekuatan his tetap ada untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
Pada kala III atau kala uri yang berlangsung 2 sampai 6 menit, amplitudo his masih tinggi kurang lebih 60 sampai 80 mmHg, tetapi frekuensinya berkurang. Hal ini disebut aktivitas uterus menurun. Sesudah 24 jam pascapersalinan intensitas dan frekuensi his menurun.  Di tingkat sel mekanisme kontraksi ada dua, yaitu :
1)  Akut , diakibatkan masuknya ion kalsium (Ca2+) ke dalam sel yang dimulai dengan depolarisasi membran sel. Meningkatnya konsentrasi Ca2+ bebas dalam sel memicu satu reaksi berantai yang menyebabkan pembentukan hubungan (cross-bridges) antara filamen aktin dan miosin sehingga sel berkontraksi.
2)  Kronik, diakibatkan pengaruh hormon yang memediasi transkripsi gen yang menekan atau meningkatkan kontraktilitas sel yaitu CAP (Contraction Associated-proteins)

Kontraksi uterus umumnya tidak seberapa sakit, tetapi kadang-kadang dapat mengganggu sekali. Juga pada waktu menyusui, ibu merasakan his yang kadang-kadang mengganggu akibat refleks pengeluaran oksitosin. Oksitosin membuat uterus berkontraksi di samping membuat otot polos di sekitar alveola berkontraksi pula, sehingga air susu ibu dapat ke luar.perasaan sakit pada his mungkin disebabkan oleh iskemia dalam korpus uteri tempat terdapat banyak serabut saraf dan diteruskan melalui saraf sensorik di pleksus hipogastrik ke sistem saraf pusat. Sakit dipinggang sering terasa pada kala pembukaan dan bila bagian bawah uterus turut berkontraksi sehingga serabut sensorik turut terangsang. Pada kala II perasaan sakit disebabkan oleh peregangan vagijna, jaringan-jaringan dalam panggul, dan perineum. Sakit ini dirasakan di pinggang, dalam panggul dan menjalar ke paha sebelah dalam.

4.      Sistem Endokrin

a.    Penurunan kadar progesteron         
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
b.    Peningkatan kadar estrogen
Estrogen menyiapkan miometrium melalui stimulasinya terhadap reseptor oksitosin dan oksitosin secara aktual menyebabkan transisi ke kontraksi. Kadar estrogen meningkat pada gestasi minggu ke 34 sampai 36.
c.    Oxytocin
Hormon oksitosin di hasilkan dari kelenjar hipofisis posterior yang berfungsi merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan. Reseptor oksitosin miometrium pada minggu ke 17 terdapat peningkatan 6 kali lipat dalam jumlah reseptor dan pada masa term terdapat peningkatan 80-100 kali lipat. Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
d.    Prostaglandin
Prostaglandin (PG) berpengaruh pada permulaan persalinan dengan cara meingkatkan kadar kalsium dalam sitoplasma sel miometrium. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa desidua adalah sumber Prostaglandin yang utama selama dan setelah persalinan. Plasenta dan korda umbilikalis menghasilkan PGE2, PGF2a, PGI2, dan tromboksan A2. Kerja ke empat prostaglandin di atas yaitu:
·      PGE2        : perlu dalam pembentukan gap junction; terlibat dalam pematangan serviks dengan merilekskan otot polos serviks; mempunya sedikit pengaruh pada aktivasi miometrium yang di sebabkan oleh desensitisasi uterus terhadap efek oksitosik PGE2­.
·      PGF2a      : merangsang kontraksi miometrum dengan meningkatkan kalsium intraseluler dengan membuka saluran kalsium dan melepaskan kalsium dari intraseluler; meningkatkan ekstabilitas sel miometrium pada konsentrasi lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk kontraksi menimbulkan peningkatan terhadap oksitoksik lain; tidak mengubah tahanan serviks; protanoid utama yang di lepaskan selama persalinan.
·      PGI­2         : Vasodilator; menghambat agregasi trombosit; merilekskan otot polos tetapi tidak mempunyai efek uterin
·      TXA2         : vasokontrikstor; faktor agregasi trombosit

Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin PGF2a atau PGE2 yang diberikan secara intravena, intra dan extramnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Reseptor PG mampu menstimulasi kontraksi pada waktu kapanpun selama kehamilan hal ini juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

B. Perubahan Psikologis

Beberapa keadaan bisa terjadi pada ibu selama proses persalinan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan. Kondisi psikologis yang sering terjadi selama persalinan kala I :
a.    Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa/kesalahan diri sendiri. Kecemasan dan ketakutan tersebut biasanya takut kalau bayinya terlahir dengan cacat jasmani dan rohani. Kepercayaan pada hal-hal yang bersifat gaib selama proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab secara biologis, anatomis, dan fisiologis, kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan-alasan patologis atau sebab abnormalitas. Tetapi, masih ada perempuan yang diliputi ketakutan akan hal-hal gaib.

b.    Timbulnya rasa tegang, ketakutan, kecemasan, dan konflik-konflik batin. Hal ini disebabkan oleh semakin membesarnya janin dalam kandungan, yang bisa mengakibatkan calon ibu mudah capek, badan tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak, sering kesulitan bernapas, dan sebagainya.
c.    Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, badan selalu kegerahan, tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya terganggu. Hal ini disebabkan karena kepala janin sudah memasuki panggul dan timbul kontraksi-kontraksi pada uterus, sehingga bayi yang semula sangat diharapkan dan dicintai secara psikologis selama berbulan-bulan, kini dirasakan sebagai beban yang amat berat.
d.    Relasi ibu dengan calon anaknya terpecah, sehingga timbul polaritas AKU-KAMU (aku sebagai pribadi ibu dan kamu sebagai bayi) yang menjadi semakin jelas. Timbul dualitas perasaan, yaitu :
1)    Harapan kasih sayang.
2)    Impuls-impuls bermusuhan dan kebencian.
e.    Sikap bermusuhan terhadap bayinya. Biasanya disebabkan karena derita fisik ibu yang semakin berat sehingga muncul konflik-konflik antara keinginan untuk mempertahankan janin (demi keinginan si janin) dan melawan kemauan untuk membuangnya cepat-cepat. Keinginan untuk mempertahan-kan janin merupakan ekspresi kepuasan diri yang narsistis, yang cenderung menolak kelahiran bayi. Alasan mengapa ibu mempertahankan janinnya adalah:
1)   Keinginan untuk memiliki janin yang unggul.
2)   Kecemasan ibu mengenai bayinya, kalau-kalau tidak mendapatkan      jaminan keamanan bila telah berada di luar rahim.
3)   Ibu merasa belum mampu memikul tanggung jawab baru sebagai ibu muda.
Sedangkan alasan ibu untuk segera mengeluarkan janinnya adalah :
1)   Fantasi tentang bakal bayinya yang lahir sebagai objek kasih sayang.
2)   Beban fisik oleh semakin membesarnya bayi dalam kandungan, yang cenderung untuk mengeluarkan bayinya sehingga mungkin terjadi peristiwa premature.
f.     Muncul ketakutan menghadapi kesakitan dan resiko bahaya melahirkan bayinya merupakan hambatan-hambatan dalam proses persalinan.
g.    Adanya harapan-harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Banyak perempuan yang mendambakan anak pertama adalah laki-laki, sebab laki-laki adalah lambang dari hidup dan keperkasaan. Begitu pula dengan suami dan kakeknnya sehingga ini dapat dijadikan sebagai motivasi dalam proses persalinan.
Perubahan Psikologis dan Perilaku Maternal
Berbeda dari perubahan fisiologis yang umum terjadi pada kala satu persalinan, tetapi seperti perubahan fisik, seperti kontraksi dan perubahan serviks, perubahan psikologis dan perilaku ini cukup spesifik seiring kemajuan persalinan. Berbagai perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan pada wanita dan bagaimana ia mengatasi tuntutan terhadap dirinya yang muncul dari persalinan dan lingkungan tempat ia bersalin.
Selain perubahan yang spesifik, kondisi psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang menjalani persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan; dukungan yang diterima wanita dari pasangannya, orang terdekat lain, keluarga, dan pemberi perawatan; lingkungan tempat wanita tersebut berada;dan apakah bayi yang dikandungnya merupakan bayi yang diinginkan. Banyak bayi yang tidak direncanakan tetapi sebagian besar bayi pada akhirnya diinginkan menjelang akhir kehamilan. Apabila kehadiran bayi tidak diharapkan, bagaimanapun aspek psikologis ibu akan memengaruhi perjalanan persalinan.

C. Manajemen Kala satu

1.      Mengidentifikasi Masalah

DATA SUBJEKTIF

Anamnesa

Tujuan anamnesa adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses pembuatan keputusan klinis untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan dan keperawatan yang akurat.

Contoh    :

1.    Mengidentifikasi masalah melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan janin
Meninjau Kartu Antenatal (jika ada)
Data Subjektif
1. Nama          : Ny. Rita
2. Usia            : 22 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Agama        :Islam
5.Alamat : Cibarengkok
1.  Nama Suami : Budi
2.  Usia               : 28 tahun
3. Pendidikan    :D-III
4.  Agama           : Islam
5. Alamat  : Cibarengkok

Riwayat Kehamilan Sekarang
1. HPHT                                                 : 5 Januari 2012
2. Usia Kehamilan                               : 38 Minggu-39 minggu
3.  Tafsiran Persalinan                       : 12 oktober 2012
4. Berat janin                                        : 3 kg
5. Riwayat Operasi                             : Tidak Ada
6.  Keluhan Selama Kehamilan       : Tidak Ada
7. Perasaan ibu                                   : Cemas dan takut
8. Kontraksi                                        
a) Mulai terasa                                : jam 5 subuh
b) Frekuensi                                   : tidak terhitung oleh ibu
c) Durasi                                         : tidak terhitung oleh ibu
d) Mulas bertambah kuat ketika dibawa berjalan
9. Cairan Vagina                                
a) Pendarahan                                :  tidak ada
b) lendir darah                                : ada sedikit
c) air ketuban                                 : tidak ada
10. Gerakan Janin                              : terasa
11. Nutrisi dan Hidrasi                         : terakhir kali makan dan minum jam 6 pagi
12. BAB/BAK                                      : BAB terakhir kali kemarin sore, BAK terakhir tadi pagi

Riwayat Penyakit                 
Riwayat Penyakit terdahulu          : tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan Diabetes
Riwayat Penyakit Keluarga    : tidak ada riwayat bayi kembar

DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diolah untuk membuat keputusan klinis, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai dengan kondisi Ibu.
1. Tanda – Tanda Vital
  a) Tekanan darah               : 120/80
  b) Suhu                               : 37,30c
c) nadi                                 : 84/menit
 d) Pernafasan                     : 24/menit

            2. Edema
            Tidak terdapat edema pada ekstremitas dan wajah
            
            3. Abdomen  
a) Luka bekas operasi      : tidak ada
b) Tinggi fundus uteri      : 34 cm
c) Posisi janin                  
·      Leopold I       :teraba besar, lunak dan sulit digerakan
·      Leopold II      :sebelah kanan teraba adanya tahanan, sebelah kiri teraba bagian kecil
·      Leopold III     :Presentasi terendah janin sudah masuk PAP
·      Leopold IV     : tangan pemeriksa konvergen
d) Kontraksi         
·      Frekuensi      : 2 kali dalam 10 menit
·      Durasi            : 30 detik
·      Kekuatan       : semakin lama semakin kuat
e) Detak Jantung Janin    : 134x/menit, Reguler
4. Refleks patela                    : (+)
5. Pemeriksaan Dalam         
a) Inspeksi vulva                : Tidak ada varises, bengkak dan lecet
b) Serviks                                      
·      konsistensi                : Tipis lunak
·      Pembukaan              : 3 cm
·      Ketuban                     : utuh
·      Presentasi                 : Kepala
·      Penurunan Presentasi          : Station -3
·      Ubun-Ubun Kecil      : kanan melintang

1.    Membuat diagnose
G1P0A0 , Parturien, aterm, kala I, fase laten, janin hidup, tunggal intrauterin.
2.    Penatalaksanaan
1.    Menjelaskan hasil pemeriksaan serta kemajuan persalinan
2.    Memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi yang mengandung karbohidrat mudah cerna
3.    Memenuhi kebutuhan mobilisasi dengan menganjurkan ibu banyak berjalan untuk mempercepat penurunan kepala
4.    Menganjurkan tindakan yang memberikan rasa nyaman
5.    Menganjurkan ibu mengosongkan kandung kemih sesering mungkin
6.    Memantau tanda-tanda vital setiap empat jam sekali dan ketika terdapat indikasi adanya kompilikasi
7.    Memantau kontraksi setiap setengah jam sekali
8.    Melakukan pemeriksaan dalam setiap empat jam sekali atau ketika ada indikasi
9.    Memantau denyut jantung janin setengah jam sekali dan ketika terjadi komplikasi pada saat pemeriksaan dalam
10.  Mempersiapkan alat-alat persalinan
11.  Memberikan support baik oleh bidan maupun keluarga




Tidak ada komentar:

Posting Komentar