PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KALA I
A. Perubahan Fisik
1. Sistem Kardiovaskular
a. Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama
kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan kenaikan
diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu diantara kontraksi, tekanan
darah akan turun kembali ke tingkat sebelum persalinan dan akan naik lagi jika
terjadi kontraksi. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi
miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Posisi
terlentang selama persalinan akan mengakibatkan adanya penekanan uterus
terhadap pembuluh darah besar (aorta), yang akan menyebabkan sirkulsi darah ibu
maupun janin terganggu. Ibu kan mengalami hipotensi dan janin dapat mengalami
asfiksia. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan
tekanan darah.
b. Denyut nadi
Kontraksi dapat menyebabkan
metabolisme meningkat, mengakibatkan kerja jantung meningkat pula sehingga
denyut jantung akan meningkat selama kontraksi. Penurunan yang mencolok selama
puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita berada berada pada posisi
miring, bukan terlentang.
Frekuensi denyut nadi di antara
kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama priode selama menjelang
persalinan. Hal ini mencermikan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
kehamilan.
Perubahan hematologi
Kadar
hemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ke kadar
sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak kehilangan darah
yang abnormal (selama persalinan). Waktu koagulasi darah berkurang (menjadi
lebih cepat) karena terdapat peningkatan fibrinogen plasma selama persalinan.
Perubahan ini meurunkan risiko perdarahan pascapartum pada wanita normal.
Jumlah
sel-sel darah putih meningkat secara progresif selama kala I persalinan,
sebesar kurang lebih 1500 hingga rata-rata 15000 pada saat pembukaan lengkap.
Ini tidak mengindikasikan adanya infeksi. Setelah itu menurun kembali ke
keadaan semula.
Gula
darah akan menurun selama persalinan dan akan menurun secara drastis pada
persalinan yang mengalami penyulitan atau persalinan lama. Ini disebabkan
karena adanya peningkatan kegiatan otot-otot uterus dan rangka.
2. Sistem Pencernaan
Kemampuan
pergerakan gastrik dan penyerapan makanan padat sangat berkurang,
dikombinasikan dengan pengurangan sekresi gastrik selama persalinan, akan
membuat pencernaan hampir terhenti dan menghasilkan waktu pengosongan usus yang
lambat. Cairan-cairan ini tidak
terpengaruh dan meninggalkan perut dalam waktu yang biasa. Makanan yang masuk
ke dalam lambung selama segera sebelum persalinan atau selama fase pendahuluan
atau fase laten dari persalinan kemungkinan besar akan tetap berada di dalam
perut selama persalinan. Motilitas lambung dan penyerapan makanan padat secara
substansial berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain itu,pengeluaran
getah lambung berkurang menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti dan
pengosongan lambung menjadi lamban.
Metabolisme.
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerob maupun anaerob akan meningkat
secara terus-menerus. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh kecemasan dan
kegiatan otot tubuh. Kenaikan metabolisme tercermin dengan kenaikan suhu tubuh,
denyut jantung, penafasan, kardiak output, dan kehilangan cairan. Peningkatan
kardiak output serta kehilangan cairan akan memengaruhi fungsi renal, sehingga
diperlukan perhatian dan tindakan untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Rasa mual dan
muntah biasa terjadi sampai berakhirnya kala I persalinan. Persalinan
memengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan mulut menjadi kering akibat
wanita bernapas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respon emosi terhadap
persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan
waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita seringkali merasa mual dan
memuntahkan makanan yang belum dicerna sebelum bersalin.
3. Sistem Reproduksi
a. Perubahan Serviks
Sebelum persalinan mulai pada fase aktif, serviks melunak sehingga mempermudah dilatasi serviks begitu kontraksi myometrium yang kuat dimulai pada persalinan. Tenaga yang efektif pada kala 1 persalinan adalah kontraksi uterus yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik keseluruh selaput ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah pecah bagian terbawah janin dipaksa langsung mendesak serviks dan segmen bawah uterus. Sebagai akibat kegiatan daya dorong ini, terjadi 2 perubahan mendasar-pendataran dan dilatasi-pada serviks yang sudah melunak. Untuk lewatnya rata-rata kepala janin aterm melalui serviks, saluran serviks harus dilebarkan sampai berdiameter sekitar 10 cm., pada saat ini serviks dikatakan telah membuka lengkap. Mungkin tidak terdapat penurunan janin selama pendataran serviks, tetaapi paling sering bagian terbawah janin mulai turun sedikit ketika sampai pada kala 2 persalinan, penurunan bagian terbawah janin terjadi secara khas agak lambat tetapi mantap pada nulipara. Namun, pada multipara khususnya yang paritasnya tinggi, penurunan bisa berlangsung sangat cepat.
Pendataran serviks
Oblitrasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini disebut sebagai pendataran effesment dan terjadi dari atas kebawah. Serabut-serabut otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas atau dipendekan, menuju segmen bawah uterus, sementara kondisi os eksternum untuk sementara tetap tidak berubah.
Pembukaan serviks
Pembukaan serviks disebabkan karena pembesaran Ostium Uretra Eksternum (OUE) karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dilewati kepala. Pada pembukaan 10 cm atau pembukaan lengkap bibir porsio tidak teraba lagi. Vagina dan SBR serviks telah menjadi 1 saluran.
b. Perubahan pada uterus
Diferensiasi aktivitas uterus
Selama
persalinan uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda. Segmen atas
yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan
berlansung. Bagian bawah, relatif pasif dibandingkan dengan segmen atas, dan
bagian ini berkembang menjadi jalan lahir yag berdinding jauh lebih tipis.
Segmen bawah uterus analog dengan istmus uteri yang melebar dan menipis pada
perempuan yang tidak hamil. Segmen bawah secara bertahap terbentuk ketika
kehamilan bertambah tua dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan.
Dengan palpasi abdomen kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi,
sekalipun selaput ketuban belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau
keras, sedangkan konsistensi segmen bawah uterus jauh kurang kencang.
Seandainya
seluruh dinding uterus, termasuk segmen bawah uterus dan serviks, berkontraksi
secara bersamaan dan dengan intensitas yang sama, maka gaya dorong persalinan
akan jelas menurun. Disinilah letak pentingnya pembagian uterus menjadi segmen
atas yang aktif berkontraksi dan segmen bawah yang lebih pasif yang berbeda
bukan hanya secara anatomi melainkan juga secara fisiologi. Segmen atas
berkontraksi, mengalami retraksi, dan mendorong janin keluar, sebagai respon
terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas. Sedangkan segmen bawah uterus dan
serviks akan semakin lunak berdilatasi, dan dengan cara demikian membentuk
suatu saluran muskular dan fibromuskular yang menipis sehingga janin dapat
menonjol keluar.
Miometrium
pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang aslinya
setelah kontraksi, tetapi menjadi relatif menetap pada panjang yang lebih
pendek. Namun, tegangannya tetap sama seperti sebelum kontraksi. Bagian atas
uterus, atau segmen aktif, berkontraksi ke bawah meski pada saat isinya
berkurang, sehingga tegangan miometrium tetap konstan. Efek akhirnya adalah
mengencangkan yang kendur, dengan mempertahankan kondisi menguntungkan yang
diperoleh dari ekspulsi janin dan mempertahankan otot uterus tetap menempel
erat pada isi uterus. Sebagai konsekuensi retraksi, setiap kontraksi yang
berikutnya mulai ditempat yang ditinggalkan oleh kontraksi sebelumnya, sehingga
bagian atas rongga uterus menjadi sedikit lebih kecil pada setiap kontraksi
berikutnya. Karena pemendekan serat otot yang terus menerus pada setiap
kontraksi, segmen atas uterus yang aktif menjadi semakin menebal disepanjang
kala pertama dan kedua persalinan dan menjadi tebal sekali tepat setelah
kelahiran janin.
Perubahan bentuk uterus
Setiap
kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoid disertai pengurangan
diameter horizontal. Dengan perubahan bentuk ini, ada efek-efek penting pada
proses persalinan. Pertama, pengurangan diameter horizontal menimbulkan
pelurusan kolumna vertebralis janin, dengan menekankan kutub atasnya
rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub bawah didorong lebih jauh ke
bawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan janin berbentuk ovoid yang ditimbulkan
diperkirakan telah mencapai antara 5-10 cm, tekanan yang diberikan dengan cara
ini dikenal sebagai tekanan sumbu janin. Kedua, dengan memanjangnya uterus,
serabut longitudinal ditarik tegang dan karena segmen bawah dan serviks
merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini di tarik ke
atas pada kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang penting untuk
dilatasi serviks pada otot-otot segmen bawah dan serviks.
Aktivitas miometrium dimulai saat kehamilan. Pada seluruh
trimester kehamilan dapat dicatat adanya kontraksi ringan dengan amplitudo 5
mmHg yang tidak teratur. His sesudah kehamilan 30 minggu terasa lebih kuat dan
lebih sering. Sesudah 36 minggu aktivitas uterus lebih meningkat lagi sampai
persalinan mulai. Jika persalinan mulai, yakni pada permulaan kala I, frekuensi
dan amplitudo his meningkat.
Amplitudo his meningkat terus sampai 60 mmHg
pada akhir kala I dan frekuensi his menjadi 2 sampai 4 kali tiap 10 menit. Juga
durasi his meningkat dari hanya 20 detik pada permulaan partus sampai 60-90
detik pada akhir kala I atau ada permulaan kala II. His yang sempurna dan
efekltif bila ada koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga kontraksi
simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai amplitudo 40 sampai 60
mmHg yang berdurasi 60 – 90 detik dengan jangka wantu antara kontraksi 2 sampai
4 menit. Jika amplitudo dan his terlalu tinggi, maka dapat mengurangi
pertukaran O2 . terjadilah
hipoksia janin dan timbul gawat janin yang secara klinik dapat ditentukan
dengan antara lain menghitung detak jantung janin ataupun dengan pemeriksaan
kardiotokografi.
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh
terhadap kontraksi rahim adalah besar rahim, besar janin, berat badan ibu, dan
lain-lain. Namun, dilaporkan tidak adanya perbedaan hasil pengukuran tekanan
intrauteruskala II antara wanita obese dan tidak obese.
Pada kala II ibu menambah kekuatan uterus yang
sudah optimum itu dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen akibat ibu
melakukan kontraksi diagfragma dan otot-otot dinding abdomen yang akan lebih
efisien jika badan ibu dalam keadaan fleksi dan glotis tertutup. Dagu ibu di
dadanya, badan dalam fleksi dan kedua tangan menarik pahanya dekat pada lutut.
Dengan demikian, kapala/bokong janin
didorong membuka diagfragma pelvis dan vulva, setelah anak lahir kekuatan his
tetap ada untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
Pada kala III atau kala uri yang berlangsung 2
sampai 6 menit, amplitudo his masih tinggi kurang lebih 60 sampai 80 mmHg,
tetapi frekuensinya berkurang. Hal ini disebut aktivitas uterus menurun.
Sesudah 24 jam pascapersalinan intensitas dan frekuensi his menurun. Di tingkat sel mekanisme kontraksi ada dua,
yaitu :
1) Akut
, diakibatkan masuknya ion kalsium (Ca2+) ke dalam sel yang dimulai
dengan depolarisasi membran sel. Meningkatnya konsentrasi Ca2+ bebas
dalam sel memicu satu reaksi berantai yang menyebabkan pembentukan hubungan
(cross-bridges) antara filamen aktin dan miosin sehingga sel berkontraksi.
2) Kronik,
diakibatkan pengaruh hormon yang memediasi transkripsi gen yang menekan atau
meningkatkan kontraktilitas sel yaitu CAP (Contraction Associated-proteins)
Kontraksi uterus umumnya tidak seberapa sakit,
tetapi kadang-kadang dapat mengganggu sekali. Juga pada waktu menyusui, ibu
merasakan his yang kadang-kadang mengganggu akibat refleks pengeluaran
oksitosin. Oksitosin membuat uterus berkontraksi di samping membuat otot polos
di sekitar alveola berkontraksi pula, sehingga air susu ibu dapat ke
luar.perasaan sakit pada his mungkin disebabkan oleh iskemia dalam korpus uteri
tempat terdapat banyak serabut saraf dan diteruskan melalui saraf sensorik di
pleksus hipogastrik ke sistem saraf pusat. Sakit dipinggang sering terasa pada
kala pembukaan dan bila bagian bawah uterus turut berkontraksi sehingga serabut
sensorik turut terangsang. Pada kala II perasaan sakit disebabkan oleh
peregangan vagijna, jaringan-jaringan dalam panggul, dan perineum. Sakit ini
dirasakan di pinggang, dalam panggul dan menjalar ke paha sebelah dalam.
4. Sistem Endokrin
a.
Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi
otot-otot rahim. Sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam
darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul
his.
b.
Peningkatan kadar estrogen
Estrogen menyiapkan miometrium melalui stimulasinya terhadap reseptor
oksitosin dan oksitosin secara aktual menyebabkan transisi ke kontraksi. Kadar
estrogen meningkat pada gestasi minggu ke 34 sampai 36.
c.
Oxytocin
Hormon oksitosin di hasilkan dari
kelenjar hipofisis posterior yang berfungsi merangsang kontraksi uterus sewaktu
melahirkan. Reseptor oksitosin miometrium pada minggu ke 17 terdapat
peningkatan 6 kali lipat dalam jumlah reseptor dan pada masa term terdapat
peningkatan 80-100 kali lipat. Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah,
oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
d.
Prostaglandin
Prostaglandin (PG) berpengaruh pada
permulaan persalinan dengan cara meingkatkan kadar kalsium dalam sitoplasma sel
miometrium. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa desidua adalah sumber
Prostaglandin yang utama selama dan setelah persalinan. Plasenta dan korda
umbilikalis menghasilkan PGE2, PGF2a, PGI2,
dan tromboksan A2. Kerja ke empat prostaglandin di atas yaitu:
·
PGE2 : perlu dalam pembentukan gap junction; terlibat dalam pematangan
serviks dengan merilekskan otot polos serviks; mempunya sedikit pengaruh pada
aktivasi miometrium yang di sebabkan oleh desensitisasi uterus terhadap efek
oksitosik PGE2.
·
PGF2a : merangsang kontraksi miometrum dengan
meningkatkan kalsium intraseluler dengan membuka saluran kalsium dan melepaskan
kalsium dari intraseluler; meningkatkan ekstabilitas sel miometrium pada
konsentrasi lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk kontraksi menimbulkan
peningkatan terhadap oksitoksik lain; tidak mengubah tahanan serviks; protanoid
utama yang di lepaskan selama persalinan.
·
PGI2 : Vasodilator; menghambat agregasi
trombosit; merilekskan otot polos tetapi tidak mempunyai efek uterin
·
TXA2 : vasokontrikstor; faktor agregasi
trombosit
Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin PGF2a atau PGE2 yang diberikan secara
intravena, intra dan extramnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap
umur kehamilan. Reseptor PG mampu menstimulasi kontraksi pada waktu kapanpun
selama kehamilan hal ini juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang
tinggi dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan
atau selama persalinan.
B. Perubahan Psikologis
Beberapa keadaan bisa terjadi pada ibu selama proses
persalinan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan. Kondisi psikologis
yang sering terjadi selama persalinan kala I :
a.
Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa/kesalahan
diri sendiri. Kecemasan dan ketakutan tersebut biasanya takut kalau bayinya
terlahir dengan cacat jasmani dan rohani. Kepercayaan pada hal-hal yang
bersifat gaib selama proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab secara
biologis, anatomis, dan fisiologis, kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus
bisa dijelaskan dengan alasan-alasan patologis atau sebab abnormalitas. Tetapi,
masih ada perempuan yang diliputi ketakutan akan hal-hal gaib.
b.
Timbulnya rasa tegang, ketakutan, kecemasan, dan
konflik-konflik batin. Hal ini disebabkan oleh semakin membesarnya janin dalam kandungan, yang bisa
mengakibatkan calon ibu mudah capek, badan tidak nyaman, tidak bisa tidur
nyenyak, sering kesulitan bernapas, dan sebagainya.
c.
Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman,
badan selalu kegerahan, tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin
yang dikandungnya terganggu. Hal ini disebabkan karena kepala janin sudah
memasuki panggul dan timbul kontraksi-kontraksi pada uterus, sehingga bayi yang
semula sangat diharapkan dan dicintai secara psikologis selama berbulan-bulan,
kini dirasakan sebagai beban yang amat berat.
d.
Relasi ibu dengan calon anaknya terpecah,
sehingga timbul polaritas AKU-KAMU (aku sebagai pribadi ibu dan kamu sebagai
bayi) yang menjadi semakin jelas. Timbul dualitas perasaan, yaitu :
1)
Harapan kasih sayang.
2)
Impuls-impuls bermusuhan dan kebencian.
e.
Sikap bermusuhan terhadap bayinya. Biasanya
disebabkan karena derita fisik ibu yang semakin berat sehingga muncul
konflik-konflik antara keinginan untuk mempertahankan janin (demi keinginan si
janin) dan melawan kemauan untuk membuangnya cepat-cepat. Keinginan untuk
mempertahan-kan janin merupakan ekspresi kepuasan diri yang narsistis, yang
cenderung menolak kelahiran bayi. Alasan mengapa ibu mempertahankan janinnya
adalah:
1)
Keinginan untuk memiliki janin yang unggul.
2)
Kecemasan ibu mengenai bayinya, kalau-kalau
tidak mendapatkan jaminan keamanan bila
telah berada di luar rahim.
3)
Ibu merasa belum mampu memikul tanggung jawab
baru sebagai ibu muda.
Sedangkan alasan ibu untuk segera
mengeluarkan janinnya adalah :
1)
Fantasi tentang bakal bayinya yang lahir
sebagai objek kasih sayang.
2)
Beban fisik oleh semakin membesarnya bayi
dalam kandungan, yang cenderung untuk mengeluarkan bayinya sehingga mungkin terjadi
peristiwa premature.
f. Muncul ketakutan menghadapi kesakitan dan resiko bahaya melahirkan
bayinya merupakan hambatan-hambatan dalam proses persalinan.
g. Adanya harapan-harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.
Banyak perempuan yang mendambakan anak pertama adalah laki-laki, sebab
laki-laki adalah lambang dari hidup dan keperkasaan. Begitu pula dengan suami
dan kakeknnya sehingga ini dapat dijadikan sebagai motivasi dalam proses
persalinan.
Perubahan Psikologis dan Perilaku Maternal
Berbeda
dari perubahan fisiologis yang umum terjadi pada kala satu persalinan, tetapi
seperti perubahan fisik, seperti kontraksi dan perubahan serviks, perubahan
psikologis dan perilaku ini cukup spesifik seiring kemajuan persalinan.
Berbagai perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan
pada wanita dan bagaimana ia mengatasi tuntutan terhadap dirinya yang muncul
dari persalinan dan lingkungan tempat ia bersalin.
Selain
perubahan yang spesifik, kondisi psikologis keseluruhan seorang wanita yang
sedang menjalani persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan
bimbingan antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan;
dukungan yang diterima wanita dari pasangannya, orang terdekat lain, keluarga,
dan pemberi perawatan; lingkungan tempat wanita tersebut berada;dan apakah bayi
yang dikandungnya merupakan bayi yang diinginkan. Banyak bayi yang tidak
direncanakan tetapi sebagian besar bayi pada akhirnya diinginkan menjelang
akhir kehamilan. Apabila kehadiran bayi tidak diharapkan, bagaimanapun aspek
psikologis ibu akan memengaruhi perjalanan persalinan.
C. Manajemen Kala satu
1. Mengidentifikasi Masalah
DATA SUBJEKTIF
Anamnesa
Tujuan anamnesa adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses pembuatan keputusan klinis untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan dan keperawatan yang akurat.
Contoh :
1.
Mengidentifikasi masalah melalui anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan janin
Meninjau Kartu Antenatal
(jika ada)
Data Subjektif
1. Nama :
Ny. Rita
2. Usia :
22 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Agama :Islam
5.Alamat : Cibarengkok
1. Nama Suami :
Budi
2. Usia :
28 tahun
3. Pendidikan :D-III
4. Agama :
Islam
5. Alamat : Cibarengkok
Riwayat Kehamilan Sekarang
1. HPHT : 5 Januari 2012
2. Usia Kehamilan : 38 Minggu-39 minggu
3. Tafsiran Persalinan : 12 oktober 2012
4. Berat janin : 3 kg
5. Riwayat Operasi : Tidak Ada
6. Keluhan Selama Kehamilan : Tidak Ada
7. Perasaan ibu :
Cemas dan takut
8. Kontraksi
a) Mulai terasa : jam
5 subuh
b) Frekuensi :
tidak terhitung oleh ibu
c) Durasi : tidak terhitung oleh ibu
d) Mulas bertambah kuat ketika dibawa
berjalan
9. Cairan Vagina
a) Pendarahan : tidak ada
b) lendir darah : ada sedikit
c) air ketuban : tidak ada
10. Gerakan Janin : terasa
11. Nutrisi dan Hidrasi :
terakhir kali makan dan minum jam 6 pagi
12. BAB/BAK : BAB terakhir kali kemarin sore, BAK terakhir tadi pagi
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit terdahulu : tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan Diabetes
Riwayat Penyakit Keluarga :
tidak ada riwayat bayi kembar
DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat
kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan
anamnesis diolah untuk membuat keputusan klinis, menegakkan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai dengan kondisi
Ibu.
1. Tanda – Tanda Vital
a) Tekanan darah :
120/80
b) Suhu :
37,30c
c) nadi :
84/menit
d) Pernafasan :
24/menit
1. Nama :
Ny. Rita
2. Usia :
22 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Agama :Islam
5.Alamat : Cibarengkok
1. Nama Suami :
Budi
2. Usia :
28 tahun
3. Pendidikan :D-III
4. Agama :
Islam
5. Alamat : Cibarengkok
2. Edema
Tidak terdapat edema pada ekstremitas dan wajah
3. Abdomen
a) Luka bekas operasi : tidak ada
b) Tinggi fundus uteri : 34 cm
c) Posisi janin
· Leopold I :teraba besar,
lunak dan sulit digerakan
· Leopold II :sebelah kanan
teraba adanya tahanan, sebelah kiri teraba bagian kecil
· Leopold III :Presentasi
terendah janin sudah masuk PAP
· Leopold IV : tangan pemeriksa
konvergen
d) Kontraksi
· Frekuensi : 2 kali dalam 10
menit
· Durasi : 30 detik
· Kekuatan : semakin lama
semakin kuat
e) Detak Jantung Janin : 134x/menit, Reguler
4. Refleks patela : (+)
5. Pemeriksaan Dalam
a) Inspeksi vulva :
Tidak ada varises, bengkak dan lecet
b) Serviks
· konsistensi : Tipis
lunak
· Pembukaan : 3 cm
· Ketuban : utuh
· Presentasi : Kepala
· Penurunan Presentasi :
Station -3
· Ubun-Ubun Kecil : kanan
melintang
1.
Membuat diagnose
G1P0A0 , Parturien,
aterm, kala I, fase laten, janin hidup, tunggal intrauterin.
2.
Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan serta kemajuan persalinan
2. Memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi yang mengandung karbohidrat mudah
cerna
3. Memenuhi kebutuhan mobilisasi dengan menganjurkan ibu banyak berjalan
untuk mempercepat penurunan kepala
4. Menganjurkan tindakan yang memberikan rasa nyaman
5. Menganjurkan ibu mengosongkan kandung kemih sesering mungkin
6. Memantau tanda-tanda vital setiap empat jam sekali dan ketika terdapat
indikasi adanya kompilikasi
7. Memantau kontraksi setiap setengah jam sekali
8. Melakukan pemeriksaan dalam setiap empat jam sekali atau ketika ada
indikasi
9. Memantau denyut jantung janin setengah jam sekali dan ketika terjadi
komplikasi pada saat pemeriksaan dalam
10. Mempersiapkan alat-alat persalinan
11. Memberikan support baik oleh bidan maupun keluarga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar