EPISIOTOMI
1. Pengertian
Episiotomi adalah incisi dari perineum untuk memudahkan
persalinan dan mendegah ruptura perinei totalis (Bagian Obstetri &
Ginekologi FK Unpad, edisi 1993).
Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan
yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas
adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut. Oleh sebab itu, pertimbangan untuk
melakukan episiotomi harus mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan teknik
yang paing sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi (Buku Acuan Nasional
Pelayanan kesehatan maternal dan Neonatal, 2002).
Episiotomi tidak dilakukan sebagai prosedur rutin karena
menurut beberpa ahli tidak terdapat bukti tentang manfaat episiotomi yang
dilakukan secara rutin. Episiotomi yang dilakukan tanpa alsan yang jelas dapat
menyebabkan peningkatan terjadinya kerusakan perineum yang berat dibandingan
dengan laserasi yang terjadi secara spontan. Penerapan episiotomi yang bebas
dan kurang tepat dapat meningkatkan jumlah perdarahan pada saat persalian.
Berikut adalah beberapa cara untuk mengurangi robekan perineum:
·
Aplikasi handuk hangat
pada perineum
·
Memfasilitasi bayi
ketika melakukan gerakan fleksi sehingga tidak menyebabkan regangan yang
mendadak.
·
Mengarahkan kepala pada
saat ekspulasi agar diameter kepala terkecil yang melewati perineum.
·
Menahan perineum dengan
regangan ibu jari dan telunjuk.
2. Macam-macam episiotomi:
1. Episiotomimedialis yang dibuat di garis tengah. Terutama dibuat pada anak
yang prematur.
2. Episiotomi mediolateralis dari garis tengah ke samping menjauhi anus. Biasa
dibuat pada bayi besar, posisi occipito posterior atau letak defleksi, forceps
yang sulit (forceps tengah), dan perineum yang pendek.
3. Episiotomi lateralis. 1-2 cm di atas commissura posterior ke samping.
4. Episiotomi sekunder, jika terjadi ruptura perinei spontan atau episotomi
medialis yang melebar sehingga mungkin menjadi ruptura perinei totalis, maka
digunting ke samping. Episotomi sekunder
dibuat jika penilaian kita salah.
(Bagian Obstetri & Ginekologi
FK Unpad, edisi 1993).
Episiotomi medialis dapat meningkatkan resiko cedera pada
sfingter ani, sedangkan episotomi mediolateralis justru menurunkan resiko
tersebut. Berikut adalah masing-masing keuntungan dari episotomi medialis dan
mediolateralis:
a.
Episiotomi medialis:
1. Mudah dijahit
2. Anatomis maupun fungsionil dapat sembuh dengan baik
3. Tidak terlalu nyeri pada saat nifas
4. Dapat menyebabkan ruptura perinei totalis
b.
Episiotomi medio lateralis:
1. Luka lebih sulit dijahit
2. Penyembuhan anatomis maupun fungsionil kurang sempurna
3. Nyeri pada hari-hari pertama nifas
4. Jarang menjadi ruptura perinei totalis.
3. Indikasi
1) Persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang dan distosia bahu)
2) Fasilitasi untuk persalinan dengan tindakan atau menggunakan instrumen,
seperti ekstrasi vakum dan forceps.
3) Mencegah robekan perineum yang kaku atau dianggap tidak mampu beradaptasi
terhadap regangan yang terlalu kuat, misalnya pada bayi besar atau makrosomia.
4) Mencegah kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada kasus letak/presentasi
yang abnormal seperti bokong, muka, ubun-ubun kecil di belakang, yang bertujuan
meyediakan tempat atau jalan yang lebih luas agar mudah dilalui.
5) Penyembuhan ruptura perinei tingkat III-IV yang kurang baik.
6) Gawat janin.
7) Perlindungan kepala bayi prematur jika perineum ketat.
4. Maksud episotomi:
1) Episiotomi mebuat luka yang lurus dengan pinggir yang tajam, dibandingakan
dengan luka perinei spontan yang bersifat koyak dan bergerigi. Oleh karena itu
dilakukan episiotomi dengan luka yang lurus dan tajam lebih mudah dijahit dan
sembuh sempurna.
2) Mengurangi tekanan pada kepala janin.
3) Mempersingkan waktu persalinan kala II.
4) Episotomi lateralis atau mediolateralis mengurangi nkemungkinan terjadinya
ruptura perinei totalis.
5. Infiltrasi Perineum
1) Siapkan semprit 10 ml dengan lignokain 0,5 %
2) Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu ibu untuk rileks.
3) Tempatkan dua jari diantara kepala janin dan perineum ibu.
4) Masukan seluruh panjang jarum mulai dari fourchete, menembus persis di
bawah kulit dan otot perineum, sepanjang garis episiotomi. Aspirasi untuk
meyakinkan suntikan lignokain tidak masuk dalam pembuluh darah. Jika lignokain
diberikan lewat pembeluh darah (IV) dapat menyebabkab kejang dan kematian.
5) Suntikan pada garis tengah. Suntik secara merata sambil menarik jarumnya
keluar.
6) Suntikan pada sisi dari garis tengah. Miringkan arah tusukan jarum ke sisi
lain dari garis tengah. Sebelum menyuntik, ulang aspirasi untuk meyakinkan
suntikan lignokain tidak masuk dalam pembuluh darah. Ualang pada sisi lain dari
tengahnya.
7) Suntikan ke bagian tengah dari dinding belakang vagina. Lindungi kepala
bayi dengan meletakkan jari-jari diantara kepala bayi dan jarum.
8) Tunggu 2 menit setelah suntikan, agar obat anestesia bekerja.
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2002)
6. Cara Episiotomi
1) Episiotomi dilakukan bila perineum telah tipis atau kepala bayi tampak
sekitar 3-4 cm. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan, sehingga jangan
dilakukan terlalun dini.
2) Letakan 2 jari di anatara kepala bayi dan perineum dengan menggunakan
sarung tangan steril.
3) Gunakan gunting dan buat sayatan 3-4 cm mediolateral .
4) Jaga perineum dengan tangan pada saat kepala bayi lahir agar insisi tidak
meluas.
(Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
7. Prosedur episiotomi
Ada dua tipe
episiotomi yang sering digunakan:
1)
Garis
tengah(medial) dan
2)
Mediolateral
yang dapat ke sebelah kiri atau kanan prinsip-prinsip berikut harus diperhatikan
tanpa memperhatikan tipe potongan:
·
Lindungi
bagian presentasi janin dari cidera
·
Satu
potongan tunggal ke arah sejauh mungkin lebih dipilih daripada menggunting
berulang karena, akan meninggalkan tepi yang menonjol.
·
Episiotomi
harus cukup lebar untuk melengkapi tujuan tindakan pemotonagan ini.
·
Potongan
harus dibatasi waktu untuk menghindari laserasi dan kehilangan darah yang tidak
perlu. Perinium harus menonjol, orofisium vagina mengalami distensi kurang
lebih berdiameter 3cm bagian presentasi janin diantara kontraksi, dan pelahiran
bagian presentasi harus diharapkan terjadi dalam dua sampai empat kali
kontraksi berikutnya.
a. Episiotomi medial
Episiotomi
medial, yang diinsisi ke arah titik tendinoeus perineum, memisahkan dua sisi
otot perinium bulbokavernosus dan otot tranversus perinei profunda juga dapat
dipisahkan, bergantung pada kedalaman insisi . teknik untuk melakukan prosedur
episiotomi median adalah sebagai berikut.
Prosedur
|
Rasionalisasi
|
1.
Tempatkan jari telunjuk dan tengah ke dalam vagina,
dengan sisi telapak tangan kebawah dan menghadap bidan. Pisahkan kedua jari
tersebut sedikit dan beri tekanan ke arah luar pada badan perinium
2.
Bilah gunting ditempatkan pada posisi lurus ke atas dan
bawah sehingga satu bilah berhadapan dengan dinding vagina dan bilah yang
lain berhadapan dengan kulit badan perinium, dengan titik tempat kedua belah
gunting menyilang digaris tengah fourchette posterior.
3.
a. dengan jari-jari anda yang ada divagina dan ibu jari
anda pada tangan yang sama diluar badan perinium, palpasi dan cari lokasi
sfingter ani eksterna
b. sesuaikan panjang bilah gunting pada
badan perinium dengan panjang insisi yang diperkirakan.
4.
lakukan pengguntingan
5.
bersihkan dengan kain steril, amati, dan palpasi
sfingter eksterna sekali lagi. Evaluasi jika insisi lain pada bidang ini
dibutuhkan.
6.
Gunting lagi bila diperlukan
7.
Evaluasi panjang insisi kedalam vagina. Raba bekas
jaringan vagina yang mengalami retriksi dan kencang didalam inroitus.
8.
Sisi vagina pada insisi diperpanjang, bila perlu atau
jika bekas jaringan ada dilokasi tersebut
dan perlu diinsisi. Pemanjangan pemotongan pada saat ini dilakukan
dengan menekan kebawah menggunakan kedua jari yang berada divagina,
pertahankan dalam keadaan terpisah intuk membelat garis insisi dan dengan
kedalaman yang cukup sampai melebihi panjang garis insisi yang diperkirakan.
Gerakkan gunting dari tas ke sisi belakang tangan bergerak diantara jari dan
buat potongan
9.
Beri tekanan menggunakan kasa pada insisi
|
1.
hal ini melindungi bagian presentasi dengan dua cara:
a.
jari-jari yang berhadapan dengan bagian presentasi dan
cukup tebal sehingga gunting yang ditempatkan dengan tepat diantara keduanya
tidak akan menyentuh bayi.
b.
Tekanan ke arah luar menjauhakn badan perinium dari
bayi. Tekanan juga lebih mendatarkan perineum sehingga insisi lebih mudah
diusahakan satu kali saja
2.
Episiotomi median diinsisi pada bagian tengah titik
tendineus pusat perinium dari fourchette posterioe menurun ke arah sfingter
ani eksterna.
3.
a. insisi episiotomi memotong ke arah garis tengah,
tetapi bukan ke dalam atau melalui sfingter ani eksterna, mengatahiu lokasi
sfingter ani eksterna akan menghilangkan keraguan yang mungkin dirasakan
ketika melakukan insisi episiotomi yang adekuat akibat rasa takut karena
memotong tanpa sengaja melalui sfingter.
4.
–
5.
Ketajaman atau tumpulnya gunting dapat mempengaruhi
efisiensi pada sayatan pertama
6.
Hindari goresan gunting atau pengguntingan dua kali
yang dapat menyebabkan insisi bahkan bila gunting tumpul.
7.
Bekas ini sering kali terabab pada primi gravida dan
merupakan serpihan kecil cincin himen.
Gerakan gunting diantara jari-jari untuk
melindungi bagian presentasi janin.
|
b. Episiotomi mediolateral
Teknik
episiotomi medio lateral sama dengan teknik episiotomi median kecuali arah
potongan dan letak gunting untuk memotong. Tidak penting apakah episiotomi
mediolateral dipotong ke arah kiri atau kanan. Lebih mudah dengan tangan yang
dominan kanan memperbaiki episiotomi mediolateral kiri,begitu juga sebaliknya.
Episiotomi mediolateral dimulai dari dengan pemotongan pada garis tengah fourchette
posterior dengan titik pengguntingan diarahkan ke tuberositas iskiadaika pada
sisi yang sama dengan sisi insisi. Berhati-hati saat palpasi sfingter ani
eksterna, arahkan potongan cukup jauh kearah lateral untuk menghindari sfingter
dan akan lebih baik tinggalkan kira-kira 1cm otot levator ani diantara insisi
dan sfingter untuk diperbaiki. Juga berhati-hati untuk tidak melakukan
pemotongan terlalu jauh kesisi lateral sebagai upaya untuk menghindari
kelenjara bhartolin di sisi tersebut.
Episiotomi
mediolateral memotong sampai titik tendineus pusat perinium, melewati
bulbokavenosus dan otot-otot tranversus perinei superfisialis dan profunda, dan
kedalam otot pubokoksigeus. Berapa banyak otot pubokoksigeus yang dipotong
tergantung pada panjang dan kedalamam insisi. Biasanya potongan tersebut lebih
besar daripada potongan episiotomi median karena biasanya episiotomi dilakukan
jika diperlukan ruang lebih banyak daripada yang tersedia antara fourchette
posterior dan sfingter ani eksterna.
Prosedur
episiotomi
a.
Persiapan
b.
Prosedur
utama persalinan
c.
Aseptik/Antiseptik
d.
Episiotomi
I.
Anastesi
local
1.
Jelaskan
kepada ibu tentang apa yang akan dilakukan dan bantulah ibu agar merasa tenang.
2.
Pasanglah
jarum no 22 pada spuit 10 ml, kemudian isi spuit dengan bahan anestesi
(lidokain 1% atau xilokain 10mg/ml)
3.
Letakkan
2 jari (telunjuk dan jari tengah) diantara kepala janin dan perineum.
4.
Tusukkan
jarum tepat di bawah kulit perineum pada daerah komisura posterior (fourchette)
yaitu bagian sudut bawah vulva.
5.
Arahkan
jarum dengan membuat sudut 45 derajat ke sebelah kanan atau kiri garis tengah
perineum. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak memasuki
pembuluh darah. (terlihat cairan darah dalam spuit).
6.
Sambil
menarik mundur jarum suntik, infiltrasikan lidokain 1%.
7.
Tunggu
1-2 menit agar efek anastesi bekerja maksimal, sebelum episiotomi dilakukan.
II.
Tindakan
Episiotomi
1.
Pegang
gunting yang tajam dengan satu tangan.
2.
Letakkan
jari telunjuk dan tengah di antara kepala bayi dan perineum, searah dengan
rencana sayatan.
3.
Tunggu
fase acme (puncak his) kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka di
antara jari telunjuk dan tengah.
4.
Gunting
perineum, dimulai dari fourchette 45 derajat ke lateral kiri atau kanan.
5.
Lanjutkan
pimpinan persalinan.
Keuntungan dan kerugian :
Episiotomi
Medialis
|
Episiotomi
Mediolateralis
|
1.
Mudah dijahit
2.
Anatomis maupun fungsionil sembuh dengan baik
3.
Nyeri dalam nifas tak seberapa
4.
Dapat menjadi ruptura perineum totalis
|
1.
Lebih sulit dijahit
2.
Anatomis maupun fungsionil penyembuhan kurang sempurna
3.
Nyeri pada hari-hari pertama nifas
4.
Jarang menjadi ruptura perineum totalis
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar