AMNIOTOMI
1. Pengertian
Amniotomi adalah tindakan untuk
membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan
melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam
rongga amnion. Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap atau
hampir lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana
mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi tidak dilakukan pada fase aktif
awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian, penilaian
serviks, penurunan bagian terbawah dan luas panggul, menjadi sangat menentukan
keberhasilan proses akselerasi persalinan. Penilaian yang salah, dapat
menyebabkan cairan amnion sangat berkurang sehingga menimbulkan distosia dan
meningkatkan morbiditas/mortalitas ibu dan bayi yang dikandungnya. (Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2009)
Amniotomi adalah
intervensi umum yang diimplementasikan untuk meningkatkan frekuensi dan atau kekuatan kontraksi. Pecah ketuban
dapat memudahkan pemindahan derivat amnion FGE2 yang mengakibatkan efek papkrin
pada myometrium (Mc-Coshen et. Al.,1990). Efeknya akan menghasilkan kontraksi
yang lebih sering, untuk meningkatkan dilatasi serviks. (Linda V.Walsh, 2007)
Kebanyakan intervensi
intrapartum berfokus pada 2 komponen utama: menetapkan pola kontraksi efisien
dan memberi pereda nyeri yang adekuat.
Berdasarkan analisis,
efek amniotomi pada angka kelahiran secar dan indikator lain morbiditas
maternal dan neonatal menunjukan bahwa dengan adanya kebijakan amniotomi,
terlihat penurunan rata-rata durasi persalinan dari 60 sampai 120 menit. Dengan
hasil pertimbangan intervensi ini sangat penting untuk menghargai semua hal
tersebut. Intervensi ini membantu klien melahirkan dengan “cara yang tepat”.
Kemajuan klien dalam persalinan secara akurat dikaji dalam kaitannya dengan
semua komponen: power, passanger, dan passage.
Amniotomi dini
dikaitkan dengan peningkatan pada frekuensi DJJ abnormal. Amniotomi dapat
mempercepat persalinan dengan cara melepaskan prostaglandin dan merupakan efek
mekanisme peningkatan tekanan pada bagian presentasi yang telah masuk ke
serviks. Pada ibu yang mengalami persalinan kala satu dengan kepala janin station 0, mungkin tepat melakukan
amniotoi pada awal kala dua. Namun, pada ibu yang multipara, amniotomi dapat
dilakukan ketika pada pembukaan 6 sampai 7 cm. (Linda V.Walsh, 2007)
Selama membran
ketuban masih utuh, bayi akan terlindungi dari infeksi dan sebagian besar
anoksia dan fetal distres yang bisa terjadi selama kontraksi hipertonik. Cairan
amniom (air ketuban) berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari
tekanan kontraksi uterus. Oleh karena alasan inilah, maka kita tidak ingin
melakukan amniotomi dini pada persalinan kala I. Biasanya kantung ketuban ini
akan pecah secara spontan. Akan tetapi, amniotomi artifisial selama persalinan
normal dan kelahiran tidak akan memberikan kepada bagi ibu dan anak.
Jika
air ketuban mengandung mekonium, secara perlahan hisplah lendir dari dalam
mulut dan hidung bayi dengan menggunakan alat penghisap DeLee segera setelah
kepala lahir.
Alasan untuk
menghindari AROM (Pemecahan Ketuban Dini)
1.
Kemungkinan
kompresi tali pusat2. Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang tidak merata
3. Tekanan yang meningkat pada janin yang mengakibatkan oksigenasi janin yang berkurang
3. Indikasi untuk dilakukanya Amniotomi
1) Persalinan kala II2) Akselerasi persalinan
3) Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrumen
4) lambat persalinan aktif dengan bagian presentasi turun dengan baik
5) Tahap kedua iminen dengan keinginan praktisi untuk meminimalkan pemajanan cairan tubuh pada waktu kelahiran
4. Kontraindikasi untuk dilakukanya Amniotomi
1) Polihidramnion2) Presentasi abnormal, misal: presentasi muka
3) Tali pusat terkemuka
4) Placenta previa
5) Letak lintang
6) Bagian presentasi tidak turun
7) Fase laten persalinan tanpa indikasi lain
5. Langkah-langkah melakukan Amniotomi
1) Membahas prosedur bersama Ibu dan keluarganya dan jawab pertanyaan apapun yang mereka ajukan2) Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) dan catat pada partograf
3) Cuci keduan tangan dengan tujuh langkah
4) Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
5) Diantara kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati. Raba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk dengan baik (masuk ke dalam panggul) dan bahwa tali pusat dan/ atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi (misalkan tangan) tidak bisa dipalpasi, jika tali pusat atau bagian-bagian tubuh kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan pecahkan selaput ketuban.
Catatan : Pemeriksaan dalam yang dilakukan di antara kontraksi seringkali lebih nyaman untuk Ibu, tapi jika selaput ketuban tidak dapat diraba diantara kontraksi, tunggu sampai kekuatan kontraksi berikutnya mendorong cairan ketuban menekan selaput ketuban dan membuatnya lebih mudah untuk dipalpasi dan dipecahkan.
6) Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setengah Kocher atau setengah Kelly disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan lembut ke dalam vagina dan pandu klem dengan jari dari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan hingga mencapai selaput ketuban.
7) Pegang ujung klem di antara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dan dengan lembut gosokkan klem pada selaput ketuban dan pecahkan.
Catatan: Seringkali lebih mudah untuk memecahkan selaput ketuban di antara kontraksi ketika selaput ketuban tidak tegang, hal ini juga akan mencegah air ketuban menyemprot pada saat selaput ketuban dipecahkan.
8) Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
9) Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan menempatkannya ke dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi. Biarkan jari tangan pemeriksaan tetap di dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala janin dan memasyikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari bayi tidak teraba. Setelah memastikan penuruna kepala dan tidak ada tali pusat dan bagian-bagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.
10) Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah (lebih banyak dari bercak bercampur darah yang normal, jumlah dan ferniks kaseosa pada cairan amnion).
11) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit
12) Cuci kedua tangan
13) Segera periksa ulang DJJ
14) Catat pada partograf waktu dilakukannya pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar