Minggu, 28 Oktober 2012

AMNIOTOMI


AMNIOTOMI

1.     Pengertian

Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion. Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap atau hampir lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi tidak dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi demikian, penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan. Penilaian yang salah, dapat menyebabkan cairan amnion sangat berkurang sehingga menimbulkan distosia dan meningkatkan morbiditas/mortalitas ibu dan bayi yang dikandungnya. (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2009)
Amniotomi adalah intervensi umum yang diimplementasikan untuk meningkatkan frekuensi  dan atau kekuatan kontraksi. Pecah ketuban dapat memudahkan pemindahan derivat amnion FGE2 yang mengakibatkan efek papkrin pada myometrium (Mc-Coshen et. Al.,1990). Efeknya akan menghasilkan kontraksi yang lebih sering, untuk meningkatkan dilatasi serviks. (Linda V.Walsh, 2007)
Kebanyakan intervensi intrapartum berfokus pada 2 komponen utama: menetapkan pola kontraksi efisien dan memberi pereda nyeri yang adekuat.
Berdasarkan analisis, efek amniotomi pada angka kelahiran secar dan indikator lain morbiditas maternal dan neonatal menunjukan bahwa dengan adanya kebijakan amniotomi, terlihat penurunan rata-rata durasi persalinan dari 60 sampai 120 menit. Dengan hasil pertimbangan intervensi ini sangat penting untuk menghargai semua hal tersebut. Intervensi ini membantu klien melahirkan dengan “cara yang tepat”. Kemajuan klien dalam persalinan secara akurat dikaji dalam kaitannya dengan semua komponen: power, passanger, dan passage.
Amniotomi dini dikaitkan dengan peningkatan pada frekuensi DJJ abnormal. Amniotomi dapat mempercepat persalinan dengan cara melepaskan prostaglandin dan merupakan efek mekanisme peningkatan tekanan pada bagian presentasi yang telah masuk ke serviks. Pada ibu yang mengalami persalinan kala satu dengan kepala janin station 0, mungkin tepat melakukan amniotoi pada awal kala dua. Namun, pada ibu yang multipara, amniotomi dapat dilakukan ketika pada pembukaan 6 sampai 7 cm. (Linda V.Walsh, 2007)
Selama membran ketuban masih utuh, bayi akan terlindungi dari infeksi dan sebagian besar anoksia dan fetal distres yang bisa terjadi selama kontraksi hipertonik. Cairan amniom (air ketuban) berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari tekanan kontraksi uterus. Oleh karena alasan inilah, maka kita tidak ingin melakukan amniotomi dini pada persalinan kala I. Biasanya kantung ketuban ini akan pecah secara spontan. Akan tetapi, amniotomi artifisial selama persalinan normal dan kelahiran tidak akan memberikan kepada bagi ibu dan anak.
Jika air ketuban mengandung mekonium, secara perlahan hisplah lendir dari dalam mulut dan hidung bayi dengan menggunakan alat penghisap DeLee segera setelah kepala lahir.
Alasan untuk menghindari AROM (Pemecahan Ketuban Dini)
1.     Kemungkinan kompresi tali pusat
2.     Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang tidak merata
3.     Tekanan yang meningkat pada janin yang mengakibatkan oksigenasi janin yang berkurang


3.     Indikasi untuk dilakukanya Amniotomi

1)     Persalinan kala II
2)     Akselerasi persalinan
3)     Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrumen
4)     lambat persalinan aktif dengan bagian presentasi turun dengan baik
5)     Tahap kedua iminen dengan keinginan praktisi untuk meminimalkan pemajanan cairan tubuh pada waktu kelahiran

4.     Kontraindikasi untuk dilakukanya Amniotomi

1)     Polihidramnion
2)     Presentasi abnormal, misal: presentasi muka
3)     Tali pusat terkemuka
4)     Placenta previa
5)     Letak lintang
6)     Bagian presentasi tidak turun
7)     Fase laten persalinan tanpa indikasi lain

5.     Langkah-langkah melakukan Amniotomi

1)     Membahas prosedur bersama Ibu dan keluarganya dan jawab pertanyaan apapun yang mereka ajukan
2)     Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) dan catat pada partograf
3)     Cuci keduan tangan dengan tujuh langkah
4)     Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
5)     Diantara kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati. Raba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk dengan baik (masuk ke dalam panggul) dan bahwa tali pusat dan/ atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi (misalkan tangan) tidak bisa dipalpasi, jika tali pusat atau bagian-bagian tubuh kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan pecahkan selaput ketuban.
Catatan : Pemeriksaan dalam yang dilakukan di antara kontraksi seringkali lebih nyaman untuk Ibu, tapi jika selaput ketuban tidak dapat diraba diantara kontraksi, tunggu sampai kekuatan kontraksi berikutnya mendorong cairan ketuban menekan selaput ketuban dan membuatnya lebih mudah untuk dipalpasi dan dipecahkan.
6)     Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setengah Kocher atau setengah Kelly disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan lembut ke dalam vagina dan pandu klem dengan jari dari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan hingga mencapai selaput ketuban.
7)     Pegang ujung klem di antara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dan dengan lembut gosokkan klem pada selaput ketuban dan pecahkan.
Catatan: Seringkali lebih mudah untuk memecahkan selaput ketuban di antara kontraksi ketika selaput ketuban tidak tegang, hal ini juga akan mencegah air ketuban menyemprot pada saat selaput ketuban dipecahkan.
8)     Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
9)     Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan menempatkannya ke dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi. Biarkan jari tangan pemeriksaan tetap di dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala janin dan memasyikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari bayi tidak teraba. Setelah memastikan penuruna kepala dan tidak ada tali pusat dan bagian-bagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.
10)  Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah (lebih banyak dari bercak bercampur darah yang normal, jumlah dan ferniks kaseosa pada cairan amnion).
11)  Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit
12)  Cuci kedua tangan
13)  Segera periksa ulang DJJ
14)  Catat pada partograf waktu dilakukannya pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ




Tidak ada komentar:

Posting Komentar