Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
A. POWER
His yang sempurna bila terdapat :
a.
Kontraksi yang simetris
b.
Kontraksi aling kuat ataua danya dominasi di
fundus uteri
c.
Sesudah itu terjadi relaksasi
Pada tiap kontraksi tekanan tersebut meningkat, disebut amplitudo atau
intensitas his yang mempunyai deua bagian :
1.
Bagian pertama peningkatan tekanan yang agak
cepat
2.
Bagian kedua penurunan tekanan yang agak
lamban
Aktrivitas miometrium dimulai saat kehamilan. Pada seluruh
trimester kehamilan dapat dicatat adanya kontraksi ringan dengan amplitudo 5
mmHg yang tidak teratur. His sesudah kehamilan 30 minggu terasa lebih kuat dan lebih
sering. Sesudah 36 minggu aktivitas uterus lebih meningkat lagi sampai
persalinan mulai. Jika persalinan mulai, yakni pada permulaan kala I, frekuensi
dan amplitudo his meningkat.
Amplitudo his meningkat terus sampai 60 mmHg
pada akhir kala I dan frekuensi his menjadi 2 sampai 4 kali tiap 10 menit. Juga
durasi his meningkat dari hanya 20 detik pada permulaan partus sampai 60-90
detik pada akhir kala I atau ada permulaan kala II. His yang sempurna dan
efekltif bila ada koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga kontraksi
simetris dengan dominasi di fundus uteri, dan mempunyai amplitudo 40 sampai 60
mmHg yang berdurasi 60 – 90 detik dengan jangka wantu antara kontraksi 2 sampai
4 menit. Jika amplitudo dan his terlalu tinggi, maka dapat mengurangi
pertukaran O2 . terjadilah
hipoksia janin dan timbul gawat janin yang secara klinik dapat ditentukan
dengan antara lain menghitung detak jantung janin ataupun dengan pemeriksaan
kardiotokografi.
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh
terhadap kontraksi rahim adalah besar rahim, besar janin, berat badan ibu, dan
lain-lain. Namun, dilaporkan tidak adanya perbedaan hasil pengukuran tekanan
intrauteruskala II antara wanita obese dan tidak obese.
Pada kala II ibu menambah kekuatan uterus yang
sudah optimum itu dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen akibat ibu
melakukan kontraksi diagfragma dan otot-otot dinding abdomen yang akan lebih
efisien jika badan ibu dalam keadaan fleksi dan glotis tertutup. Dagu ibu di
dadanya, badan dalam fleksi dan kedua tangan menarik pahanya dekat pada lutut.
Dengan demikian, kapala/bokong janin
didorong membuka diagfragma pelvis dan vulva, setelah anak lahir kekuatan his
tetap ada untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
Pada kala III atau kala uri yang berlangsung 2
sampai 6 menit, amplitudo his masih tinggi kurang lebih 60 sampai 80 mmHg,
tetapi frekuensinya berkurang. Hal ini disebut aktivitas uterus menurun.
Sesudah 24 jam pascapersalinan intensitas dan frekuensi his menurun. Di tingkat sel mekanisme kontraksi ada dua,
yaitu :
1.
Akut , diakibatkan masuknya ion kalsium (Ca2+)
ke dalam sel yang dimulai dengan depolarisasi membran sel. Meningkatnya
konsentrasi Ca2+ bebas dalam sel memicu satu reaksi berantai yang
menyebabkan pembentukan hubungan (cross-bridges) antara filamen aktin dan
miosin sehingga sel berkontraksi.
2.
Kronik, diakibatkan pengaruh hormon yang
memediasi transkripsi gen yang menekan atau meningkatkan kontraktilitas sel
yaitu CAP (Contraction Associated-proteins)
Kontraksi uterus umumnya tidak seberapa sakit,
tetapi kadang-kadang dapat mengganggu sekali. Juga pada waktu menyusui, ibu
merasakan his yang kadang-kadang mengganggu akibat refleks pengeluaran
oksitosin. Oksitosin membuat uterus berkontraksi di samping membuat otot polos
di sekitar alveola berkontraksi pula, sehingga air susu ibu dapat ke luar.perasaan
sakit pada his mungkin disebabkan oleh iskemia dalam korpus uteri tempat
terdapat banyak serabut saraf dan diteruskan melalui saraf sensorik di pleksus
hipogastrik ke sistem saraf pusat. Sakit dipinggang sering terasa pada kala
pembukaan dan bila bagian bawah uterus turut berkontraksi sehingga serabut
sensorik turut terangsang. Pada kala II perasaan sakit disebabkan oleh
peregangan vagijna, jaringan-jaringan dalam panggul, dan perineum. Sakit ini
dirasakan di pinggang, dalam panggul dan menjalar ke paha sebelah dalam.
Tenaga
Meneran (kekuatan sekunder)
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban
pecah, tenaga yang mendorong janin keluar selain his terutama di sebabkan oleh
kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.
Tenaga ini serupa dengan tenaga meneran saat
buang air besar, tetapi jauh lebih kuat lagi. Waktu kepala sampai pada dasar
panggul, timbul suatu refleks yang mengakibatkan pasien menekan diafragmanya ke
bawah, mengkontraksikan otot-otot perutnya, dan menutup glottisnya. Tenaga
meneran ini hanya dapat berhasil kalau pembukaan sudah lengkap dan paling
efektif sewaktu kontraksi rahim.
Segera setelah bagian presentasi mencapai
dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar. Ibu
ingin meneran, usaha mendorong ke bawah dibantu dengan usaha volunter yang sama
dengan yang di lakukan saat buang air besar (meneran). Otot-otot diafgrama dan
abdomen ibu berkontraksi dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Hal
ini menyebabkan meningkatnya tekanan intraabdominal. Tekanan ini menekan uterus
pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong janin keluar.
Kekuatan sekunder tidak memengaruhi dilatasi
serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk
mendorong janin keluar dari uterus dan vagina. Apabila dalam persalinan ibu
melakukan valsava manuver (meneran)
terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Meneran akan menyebabkan ibu
lelah dan menimbulkan trauma serviks.
Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat
lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya. Tenaga mngejan
ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.
Sumber : Obstetri Fisiologis. 1983, Ilmu Kebidanan. 2011 dan Asuhan Kebidanan
pada Masa Persalinan, 2011
B.
PASSAGE (JALAN LAHIR)
Jalan
lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan
lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Jalan lahir dibagi atas:
1.
Bagian
keras: tulang-tulang panggul
2.
Bagian
lunak: uterus, otot dasar panggul dan perineum
Anatomi
Panggul
Selama proses persalinan janin harus
beradaptasi melewati tulang-tulang pelvis. Penolong persalinan harus memahami
cirri-ciri dari struktur pelvis untuk dapat menggambarkan mekanisme persalinan
dan lebih mudah memahami masalah-masalah yang dapat timbul selama proses
tersebut.
Tulang-tulang pelvis terdiri dari
empat jenis tulang yaitu: sacrum, koksigius, dan dua tulang koksa. Tulang koksa
tersusun dari tiga tulang yang bergabung – pubis, ischium dan ilium. Terdapat
empat sendi, simfisis pubis di anterior, sakro koksigius, dan dua sakro iliaka
di posterior. Simfisis pubis dan sendi sakro koksigius merupakan sendi simfisis
kartilaginosa yang dikelilingi oleh ligament yang kuat di bagian anterior dn
posterior dan terpengaruh oleh reaksin selama kehamilan. Sendi sakro iliaka
adalah sendi synovial yang disangga oleh ligament sakro iliaka, iliolimbar,
lumbosakrum lateral, sakrotuberus, dan sakrospinosus.
Pelvis dibagi menjadi pelvis palsu dan
pelvis sejati. Pelvis palsu terletak di atas arcus dan garis pectineal, terdiri
atas sebagian Krista iliaka dan fungsinya selama persalinan tidak terlalu
penting. Tetapi bagian ini berfungsi untuk menyangga perkembangan janin dan
uterus selama kehamilan. Pelvis sejati merupakan jalan yang harus dilewati oleh
janin selama proses persalinan. Panggul sejati dibagi menjadi tiga bidang yaitu
pintu atas panggul, panggul tengah atau rongga panggul, dan pintu bawah
panggul.
1) Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul adalah batas atas
dari panggul kecil. Bentuknya adalah bulat oval. Batas-batasnya ialah:
promontorium, sayap sacrum, linea terminalis, ramus superior ossis pubis dan
pinggir atas pubis. Biasanya tiga ukuran ditentukan dari P.A.P:
a.
Ukuran
muka belakang (diameter antero posterior), conjugate vera
Dari promontorium ke pinggir atas
simfisis, terkenal dengan nama conjugate vera, ukurannya 11 cm.
Ukuran ini adalah ukuran yang
terpenting dari panggul. Sebetulnya conjugate vera bukan ukuran yang terpendek
antara promontorium dan simfisis. Ukuran yang terpendek adalah conjugate
obstertica, yaitu dari promontorium ke simfisis beberapa millimeter di bawah
pinggir atas simfisis.
·
Pada
wanita hidup conjugate vera tak dapat diukur dengan langsung, tapi dapat
diperhitungkan dari conjugate diagonalis (dari promontorium ke pinggir bawah
simfisis).
·
Conjugate
diagonalis ini dapat diukur dengan jari yang melakukan pemeriksaan dalam.
Jika
panggul sempit, conjugate vera dapat diperhitungkan dengan mengurang conjugate
diagonalis dengan 1,5 – 2 cm (CV= CD – 1,5). Pada panggul normal jari tak cukup
panjang untuk mencari prmontorium.
b.
Ukuran
melintang (diameter transversa)
Ukuran melintang adalah ukuran
terbesar antara linea terminalis diambil tegak lurus pada conjugate vera
(Indonesia 12,5 cm, Eropa 13,5 cm).
c.
Kedua
ukuran serong (diameter obliqua)
Dari artikilatio sakroiliaka ke
tuberkulum pubikum dari belahan panggul yang bertentangan (13 cm)
2) Bidan Luas Panggul
Bidan luas panggul adalah bidang
dengan ukuran-ukuran terbesar. Bidang ini terbntang antara pertengahan
simfisis, pertengahan asetabulum, dan pertemuan antara ruas sakral II dan III.
Ukuran
muka belakang 12,75 cm dan ukurang melintang 12,5 cm. Karena tidak ada ukuran
yang kecil, bidang ini tidak menimbulkan kesukaran dalam persalinan.
3) Bidan Sempit Panggul (bidang
tengah panggul)
Bidan Sempit Panggul ialah bidang
dengan ukuran-ukuran yang terkecil. Bidang ini terdapat setinggi pinggir bawah
simfisis, kedua spina ischiadika dan memotong sacrum kurang lebih 1-2 cm di
atas ujung sacrum.
Ukuran muka belakang 11,5 cm, ukuran
melintang 10 cm, dan diameter sagialis posterior ialah dari sacrum ke pertengahan
antara spina ischiadika 5 cm.
Bidan ini paling sulit penilaiannya
dalam ilmu kebidanan, karena ukuran-ukurannya paling kecil, lagi pula sulit
mengukurnya. Kesempitan pintu bawah panggul biasanya disertai kesempitan bidan
sempit panggul.
4) Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan satu bidang,
tetapi terdiri dari dua segituga dengan dasar yang sama, yaitu garis yang
menghubungkan kedua tuber ischiadikum kiri dan kanan. Puncak dari segitiga yang
belakang adalah os sacrum, sisinya adalah ligamentum sakrotuberosum kiri dan
kanan. Segituga depan dibatasi oleh arcus pubis.
Pada pintu bawah panggul biasanya ditemukan tiga ukuran:
a.
Ukuran
muka belakang, yaitu dari pinggir bawah simfisis ke ujung sacrum (11,5 cm)
b.
Ukuran
melintang ialah ukuran antara tuberischiadikum kiri dan kanan sebelah dalam (10
cm)
c.
Diameter
sagitalis posterior, yaitu dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran melintang
(7,5 cm)
Jenis-jenis Panggul
1.
Ginekoid
·
Bentuk
ini adalah yang khas bagi wanita.
·
Diameter
sagitalis posterior hanya sedikit lebih pendek dari diameter sagitalis
anterior.
·
Batas
samping segmen posterior membuat dan segmen anterior juga membulat dan luas.
·
Diameter
transversa kira-kira sama panjangnya dengan diameter antero posterior hingga
bentuk pintu atas panggul mendekati bentuk lingkaran (bulat).
·
Dinding
samping panggul lurus, spina ischiadica tidak menonjol, diameter interspinalis
10 cm atau lebih.
·
Incissura
ischiadica mayor bulat.
·
Sacrum
sejajar dengan simfisis konkavitas yang normal.
·
Arcus
pubis luas.
·
Jenis
ini ditemukan pada 45% perempuan.
2.
Android
·
Diameter
sagitalis posterior lebih pendeh dari diameter sagitalis anterior.
·
Batas
samping segmen posterior tidak membulat dan membentuk sudut yang runcing dengan
pinggir samping segmen anterior.
·
Segmen
anterior sempit dan berbentuk segitiga.
·
Dinding
samping panggul konvergen, spina ischiadica menonjol, arcus pubis sempit.
·
Incissura
ischiadica sempit dan dalam.
·
Sacrum
letaknya ke depan, hingga diameter antero posterior pada pintu atas panggul
maupun pintu bawah panggul.
·
Bentuk
sacrum lurus, kurang melengkung, sedangkan ujungnya menonjol ke depan.
·
Jenis
ini ditemukan pada 15% perempuan.
3.
Anthropoid
·
Diameter
antero posterior dari pintu atas panggul lebih besar dari diameter transversa
hingga bentuk pintu atas panggul menonjol ke depan.
·
Bentuk
segmen anterior sempit dan runcing.
·
Incissura
ischiadica mayor luas.
·
Dinding
samping konvergen, sacrum letaknya agak ke belakang hingga ukuran antero
posterior besar pada semua bidang panggul.
·
Sacrum
biasanya mempunyai 6 ruas hingga panggul anthropoid lebih dalam hingga
panggul-panggul lain.
·
Jenis
ini ditemukan pada 35% perempuan.
4.
Platipeloid
·
Bentuk
ini sebenarnya panggul ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang.
·
Ukuran
melintang jauh lebih besar daripada muka belakang.
·
Jenis
ini ditemukan pada lebih dari 5% perempuan.
Bagian Lunak Jalan Lahir
Pada
kala pengeluaran (Kala II) segmen bawah uterus, serviks uteri, dan vagina ikut
memebentuk jalan lahir. Pada akhir kehamilan, pada usia kehamilan kurang lebih
38 minggu, serviks lebih pendek daripada waktu kehamilan 16 minggu. Seperti
telah dikemukakan, istmus uteri pada kehamilan 16 minggu menjadi bagian uterus
tempat janin berkembang. Umumnya serviks disebut menajdi matang apabila teraba
sebagai bibir dan ini terjadi pada usia
kehamilan 34 minggu. Pada pada primigravida hal ini ditemukan bila hampir aterm.
Disamping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan-jaringan ikat, dan
lighamen-ligamen yang berfungsi menyokong alat-alat urogenotalis perlu
diketahui oleh karen semuanya memperngaruhi jalan lahir dan lahirnmya kepala
atau bokong pada partus. Otot-otot yang menahan dasar panggul di bagian luar
adalah muskulus sfingter ani eksternus, muskulus bulbo kavernosus yang
melingkari vagina, dan muskulus prinei transversus super fisialis. Di bagian
tengah ditemukan otot-otot yang melingkari uretra (muskulus sfingter uretrae),
otot-otot yang melingkari vaghina bagian tengah dan anus, antara lain muskulus
ilio koksigeus, muskulus iskio koksigeus, muskulus pernei transversus
profundus, dan muskulus koksigeus. Lebih ke dalam lagi ditemukan otot-otot
dalam yang paling kuat, disebut diafragma pelvis, terutama muskulus levator ani
yang berfungsi menahan dasar panggul. Ia menutup hampir seluruh bagian pintu
bawah panggul. Letak muskulus levator ini sedemikian rupa sehingga bagian depan
muskulus berbentuk segitiga, disebut trigonum urogenitalis (hiatus genitalis).
Di dalam trigonum ini berada uretra, vagina dan rektum.
Muskulus
levator ani mempunyai peranan yang penting dalam mekanisme putar paksi dalam
janin. Kemiringan dan kelentingan (elastisitas dan otot ini membantu memudahkan
putaran paksi pada janin). Pada otot yang kurang miring (lebih mendatar dan
kurang melenting (misalnya pada multipara yang elastisitas otot berkurang)),
putaran paksi dalam lebih sulit.
Selain faktor otot putaran paksi dalam juga ditentukan
oelh ukuran panggul dan mobilitas leher janin. Tumor atau lilitan tali pusat di
leher janin juga mempersulit putaran paksi dalam.
Dalam
diafragma pelvis berjalan nervus udendus yang masuk ke rongga panggul melalui
kanalis alcock, terletak anatar spina ischiadica dan tuber iskii. Pada
persalianan sering dialkukan anestesia blok udendus, sehingga rasa sakit dapat
dihilangkan pada ekstraksi cunam, ekstarksi vakum, jahitan ruptur perinei dan
sebagainya.
Arteri
dan vena yang berjalan dalam rongga panggul adalah cabang bawah dari arteria
dan vena uterina serta cabang-cabang arteria dan vena hemoroidalis superior dan
vena hemoroidalis superior.
Station
Station
adalah hubungan antara bagian terendah dari bagain bawah janin dengan garis
bayangan yang ditarik antara dua spina ischiadika pada panggul perempuan.
Baigan terendah dari janin yang setinggal spina ischiadiak disebut station 0.
Station diukur dengan cara ke atas atau ke bawah dari spina ischiadika dan
bagian atasnya adalah -1, -2, -3, -4, -5, dan bagian bawah adalah +1, +2, +3,
+4, +5. Station -5 berarti kepala belum masuk PAP dan +5 berarti kepala tampak
di pintu vagina. Pada janin term, ketika oksiput pada tingkan spina ischiadika,
diameter biparietal telah turun ke bidang bawah tingkat pintu atas panggul. Derajat
penurunan ini disebut engagement. Engagement dapat diketahu melalui
pemeriksaan abdomen ketika pemeriksa melihat bahwa kepala janin telah mesuk ke
dalam pelvis dan tidak lagi bergerak, tetapi ini hanya dapat dipastikan dengan
pemeriksaan vagina. Engagement dapat terjadi sampai dua minggu sebelum
persalinan pada wanita nulipara dan tidak terjadi sampai persalinan aktif pada
wanita multipara.
Dilatasi Serviks
Jika
dibandingkan dengan corpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks merupakan
daerah yang resistensinya lebih kecil. Oleh karena itu, selama terjadi
kontraksi, struktur-struktur ini mengalami peregangan, yang dalam prosesnya
serviks mengalami tarikan sentrifugal. Ketika kontraksi uterus menimbulkan
tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan
meleberkan saluran serviks. Bila selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada
bagian terbawah janin terhadap serviks dan segmen bawah uterus juga sama
efektifnya. Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi serviks
selama bagian terbawah janin berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap
serviks dan segmen bawah uterus. Proses pendataran dan dilatasi serviks ini
menyebabkan pembentukan kantong cairan amnion di depan kepala.
Friedman
dalam risalahnya tentang persalinan menyatakan bahwa, “cirri-ciri klinis
kontraksi uterus yaitu, frekuensi, intensitas, dan durasi, tidak dapat
diandalkan sebagai ukuran kemajuan persalinan dan sebagai index normalitas
persalinan. Selain dilatasi serviks dan turunnya janin, tidak ada ciri klinis
pada ibu melahirkan yang tampaknya bermanfaat untuk menilai kemajuan
persalinan”. Pola dilatasi serviks yang terjadi selama berlangsungnya
persalinan normal mempunyai bentuk kurva sigmoid. Seperti diperlihatkan pada
gambar, dua fase dilatasi serviks adalah fase laten dan fase aktif. Fase aktif
dibagi lagi menjadi fase akselerasi, fase dilatasi maksimal, dan fase
deselarasi.
Lamanya
fase laten lebih bervariasi terhadap perubahan oleh faktor-faktor luar dan oleh
sedasi (pemanjangan fase laten). Lamanya fase laten kecil hubungannya dengan
proses persalinan berikutnya, sementara ciri-ciri pada akselerasi biasanya
mempunyai nilai prediktif yang lebih besar terhadap hasil akhir persalinan
tersebut. Friedman menganggap fase dilatasi maksimal sebagai alat ukur yang
bagus terhadap efisiensi mesin ini secara keseluruhan, sedangkan fase
deselarasi lebih mecermikan hubungan-hubungan fetopelvic. Lengkapnya dilatasi
serviks pada fase aktif persalinan dihasilkan oleh retaksi serviks di
sekeliling bagian terbawah janin. Setelah dilatasi lengkap, kala II persalinan
mulai; sesudah itu, hanya progresifitas turunnya bagian terbawah janin
merupakan satu-satunya alat ukur yang tersedian untuk menilai kemajuan
persalinan.
Pendataran Serviks (Effacement)
Pendataran
serviks adalah pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi
hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Serabut-serabut
otot setinggi os. Serviks internum ditarik ke atas atau dipendekkan menuju
segmen bawah uterus, sementara kondisi os. Eksternum untuk sementara tetap
tidak berubah. Pinggiran os. Internum ditarik ke atas beberapa cm sampai
menjadi bagian (baik secara anatomi maupun fungsional) dari segmen bawah
uterus. Pemendekkan dapat dibandingkan dengan suatu proses pembentukkan terowongan
yang mengubah seluruh panjang sebuah tabung yang sempit menjadi corong yang
sangat tumpul dan mengembang dengan lubang keluar melingkar kecil. Sebagai
hasil aktivitas dari miometrium yang meningkat, sepanjang persiapan uterus
untuk persalinan, pendataran sempurna pada serviks yang lunak kadang kala telah
selesai sebelum persalinan aktif dimulai. Pendataran menyebabkan ekspulsi
sumbat mukus ketika saluran serviks memendek.
Sumber :Obstetri Fisiolog. 1983, dan Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, 2011.
C.
PASSANGER
Bagian
anatomi
|
Penjelasan
|
(Tulang)
|
|
frontal
|
ada
2 tulang dahi
|
parietal
|
ada
2 buah tulang ubun-ubun
|
temporal
|
ada
2 buah tulang pelipis
|
oksipital
|
tulang
belakang kepala
|
(Sutura)
|
|
sagitalis
|
berada
diantara 2 tulang parietal
|
frontalis
|
berada
diantara 2 tulang frontal
|
coronal
|
ada
2 sutura coronal, masing masing diantara tulang frontal dan parietal di kedua
sisi kepala
|
lamboidal
|
ada
2 sutura lamboidal, masing-masing diantara tulang parietal dan bagian atas
tulang oksipital pada kedua sisi kepala
|
(fontanel)
|
|
anterior/ubun-ubun
besar/sinsiput
|
dibentuk
oleh pertemuan sutura frontal, sagital dan 2 sutura coronal. Fontanel
anterior secara kasar berbentuk belah ketupat. Dan 4 sutura dapat diraba
menjauhi fontanel anterior pada 4 arah sesuai letak titik-titik pada belah
ketupat.
|
posterior/ubun-ubun
kecil/occiput
|
dibentuk
oleh pertemuan sutura sagital dan 2 sutura lamboidal. Fontanel posterior
dibentuk oleh pertemuan sutura sagital, dan 2 sutura lamboidal. Fontanel
posterior secara kasar berbentuk segitiga, dan 3 sutura dapat diraba menjauhi
fontanel posterior pada 3 arah sesuai titik-titik segitiga. Tulang oksipital,
yang merupakan dasar segitiga juga dapat diraba.
|
Faktor
passenger
1.
Letak Adalah hubungan antara sumbu panjang
janin dan sumbu panjang ibu. Kadang kala, , yang tidak stabilLetak terbagi
menjadi 3:
a.
Letak
longitudinal. Yaitu sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu bisa berupa letak
kepala atau letak sungsang. Letak kepala dibagi menjadi 2:
1)
letak
fleksi. Yaitu letak belakang kepala.
2)
Letak
defeksi, terdiri dari letak puncak kepala, letak dahi dan letak muka.
Letak sunsang
terbagi menjadi 2:
1)
Letak
bokong sempurna (complete breech)
2)
Letak
bokong (frank breech)
3)
Letak
bokong tidak sempurna (incomplete breech)
b.
Letak
lintang (transverse lie). Letak memanjang terjadi pada lebih dari 99%
perselaninan Aterm.
c.
Letak
oblik. sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45 derajat, membentuk
letak oblik, yang tidak stabil dan selalu berubah menjadi letak memanjang atau
melintang selama proses persalinan.
2.
Sikap janin adalah postur khas janin yag
ditentukan dengan melihat hubungan bagian-bagian janin tehadap satu sama lain
dan efeknya pada kolumna vertebralis janin. Pada bulan- bulan terakhir
kehamilan janin membentuk postur khas yang disebut sebagai sikap atau habitus.
Biasanya janin memebentuk suatu massa ovoid yang secara kasar menyesuaikan
dengan bentuk rongga uterus. Dengan sendirinya janin menjadi melipat atau
membungkuk sehingga punggungnya menjadi sangat konveks; kepala mengalami fleksi
maksimal sehingga dagu hampir bertemu dengan dada; paha fleksi didepan abdomen;
tungkai bawah tertekuk pada lutut; dan punggung kaki bersandar pada permukaan
anterior tungkai bawah. Pada Semua presentais kepala, lengan biasanya saling
menyilag didada atau terletak disamping, dan tali pusat terletak diruang antara
kedua lengan dengan ekskerimas bawah. Postur ini khas terjadi akibat cara
pertumbuhan janin dan akomodasinya terhadap rongga uterus.
3.
Presentasi adalah bagian terbawah janin,
bagian tubuh janin yang berada paling Depan didalam jalan lahir atau berada
paling dekat dengannya. Bagian terbawah janin dapat diraba melalui serviks pada
pemeriksaan vagina. Pada letak memanjang, bagian terbawah janin adalh kepala
janin atau bokong, masing –masing membentuk presentasi kepala atau bokong. Jika
janin terletakmpada sumbu panjang melintang, bahu merupakan bagian terbwahnya.
a.
Presentasi
kepala. (Hubungan kepala dengan tubuh janin). bila kepala fleksi sempurna
sehingga dagu berada ditoraks presentasi dipertimbangkan sebagai verteks atau oksipital.
Sesungguhnya verteks terletak tepat didepan ubun-ubun kecil dan onsisiput tepat
dibelakangnya.
1) Presentasi wajah. Jauh lebih
jarang, leher janin dapatmengalami
hiperektensi sehingga oksiput dan punggung saling menempel dan wajah menjadi
bagian terdepan jalan lahir.
2) Presentasi sinsiput dan dahi.
Kepala janin dapat mengalami suatu posisi diantara kedua keadan ini, pada
beberapa kasus terjadi fleksi parsial dengan bagian presentasi yaitu fontanel
anterior (ubun- ubun beasr/ bregma). – persentasi sinsiput, atau mengalami
ekstensi parsial dengan dahi sebagai bagian terbawah disebut presentasi dahi.
Ketika persalian maju presantasi sinsiput atau dahi hampir selalu berubah
menjadi presentasi verteks atau muka karena masing-masing akan mengalami fleksi
atau ekstensi.
3) Presentasi bokong, bila janin
presentasi bokong. Terdapat tiga
konfigurasi umum yang dapat terjadi.
a) Apabila paha berada dlam
posisi fleksi dan tungkai bawah ekstensi di depan badan, hal ini disebut
presentasi bokong murni (frank breech)
b) Jika paha fleksi diabdomen dan
tu gkai bwaha terletak diatas oaha keadan ini disebut presentasi bokong
sempurna (complete breech)
c) bila salah satu atau kedua
kaki atau satu atau kedua lutut merupaka bagian terbawah hal ini disebut
presentasi bokong tidak sempurna (incomplete breech) atau presentasi bokong
kaki (footling breech).
4.
Posisi adalah titik yang dipilih
secara acak pada janin untuk setiap presentasi, yang dihubungkan dengan sisi
kiri atau kanan panggul ibu. Posisi janin untuk indikator, atau menetapkan arah
bagian terbawah janin apakah sbeeblah
kanan, kiri, dean, atau belakang terhadap sumbu ibu (materal- pelvis). Ada lima
variasi dari penunujk arah atua indikator pada bagian terbawah janin:
a) Letak belakang kepala (LBK)
-
Indikator:
ubun-ubun kecil
-
Variasi
posisi:
·
ubun-ubun
kecil kiri depan (LOA)
·
ubun-ubun
kecil kiri belakang (LOP)
·
ubun-ubun
kecil melintang kiri (LOT)
·
ubun-ubun
kecil kanan depan (ROA)
·
ubun-ubun
kecil kanan belakang (ROP)
·
ubun-ubun
kecil melintang kanan (ROT)
b)
posisi
dahi
-
indikator:
teraba dahi dan ubun-ubun besar (sinsiput)
-
Variasi
Posisi :
·
Ubun-ubun
besar kiri depan (LSA)
·
Ubun-ubun
besar kiri belakang (LSP)
·
Ubun-ubun
besar melintang kiri (LST)
·
Ubun-ubun
besar kanan depan (RSA)
·
Ubun-ubun
besar kanan belakang (RSP)
·
Ubun-ubun
besar melintang kanan (RST)
c)
Posisi
muka
-
Indikator:
dagu (meto)
-
Variasi
posisi :
·
Dagu
kiri depan (LMA)
·
Dagu
kiri belakang (LMP)
·
Dagu
melintang kiri (LMT)
·
Dagu
kanan depan (RMA)
·
Dagu
kanan belakang (RMP)
·
Dagu
melintang kanan (RMT)
d)
Posisi
bokong
-
Indikator
: Sakrum
-
Variasi
posisi :
·
Sakrum
Kiri depan (LSA)
·
Sakrum
kanan depan (RSA)
·
Sakrum
kanan belakang (RSP)
·
Sakrum
melintang kanan (RST)
Pelepasan
plasenta
Normalnya pada saat bayi selesai
dilahirkan rongga uterus hampir terobliterasi dan organ ini berupa suatu massa
otot yang hampir padat, dengan tebal beberapa cm diatas segmen bawah yang lebih
tipis. Fundus uteri sekarang terletak dibawah batas ketinggian umbilikus.
Penyusutan ukuran uterus yang mendadak ini selalu disertai dengan pengurangan
bidang tempat implantasi plasenta. Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri
terhadap permukaan yang mengecil ini, organ ini memperbesar ketebalannya,
tetapi elastisitas plasenta terbatas, plasenta terpaksa menkuk. Tegangan yang
dihasilkannya menyebabkan lapisan decidua yang paling lemah lapisan spongiosa,
atau decidua spongiosa mengalah, dan pemisahan terjadi di tempat ini. Oleh
karena itu, terjadi pelepasan plasenta dan mengecilnya ukuran tempat implantasi
dibawahnya.
Ekstrusi
plasenta
Setelah plasenta terpisah dari tempat
implantasinya, tekanan yang diberikan kepadanya oleh dinding uterus menyebabkan
organ ini menggelincir turun menuju ke segmen bawah uterus atau bagian atas
vagina.
Moulage
Adalah perubahan bentuk kepala dalam
usaha menyesuaikan diri dengan bentuk panggul ialah dengan bersgesernya tulang
tengkorak yang satu dibawah tulang tengkorak yang lain. moulage merupakan
perubahan bentuk kepala janin akibat gaya kompresi eksternal. Beberapa moulage
timbul sebelum persalinan, kemungkinan berkaitan dengan kontraksi braxton
hicks. Suatu mekanisme pengunci dipersambungan korona dan lamdoidea mencegah tumpang
tindih tulang parietalis. Moulage dikaitkan dengan pemendekan diameter
suboksipitobregmatika dan pemanjangan diameter mentovertikal.
Perubahan-perubahan ini memainkan peranan penting pada panggul sempit atau
presentasi ansinklitik. Pada keadaan ini, derajat moulege yang dialami kepala
dapat membuat perbedaan antara pelahiran pervaginam spontan atau sectio
sesaria.moulege kepala berat sebagai penyebab trauma serebri karena banyaknya
faktor yang saling berkaitan misalnya persalinan memanjang dengan sepsis janin
dan asidosis, tidaklah mungkin untuk mengukur efek moulage dengan dugaan
sekuele neurologis pada neonatus atau janin.
Sumber : Buku
Ajar Asuhan Kebidanan. 2008, Obstetri Williams. 2005. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo, 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. 2008, dan Obstetri Fisiolog
, 1983.
D. PSIKOLOGIS
Rangsangan diterima
oleh ibu melalui penglihatan dan pendengaran maupun perabaan tentang proses
persalinannya kemudian karena ibu menganggap hal tersebut sebagai stresor maka
akan dikirimkan ke otak melalui saraf bahwa hal tersebut merupakan keadaan yang
berbahaya sehingga otak menstimulasi sel-sel kromafin medulla adrenal
menghasilkan katekolamin. Kadar katekolamin serum maternal yang tinggi
mempunyai efek inhibisi langsung pada kontraktilitas miometrium.
Adapun dari
kerja hormon ganda seperti pada glukokortikoid yang dihasilkan di korteks
adrenal selain bekerja untuk metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak juga
pada respon stres psikis yang berdampak pada fisik, salah satunya meningkatkan
denyut nadi, sekresi keringat, frekuensi pernafasan maka karena metabolisme
meningkat yang ditandai oleh hal tersebut energi ibu untuk mengedan terbuang
ditambah pada saat terjadi kontraksi otot-otot rahim akan menubah protein G
pada otot untuk digunakan sebagai energi kontraksi.
Sumber : Anatomi dan Fisiologi
untuk Bidan, 2006.
E. PENOLONG
Kompetensi
yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan
dan mencegah kematian maternal neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang
baik, diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak
terjadi. Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung
dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
Sumber : Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan,
2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar